Senin, 28 November 2011

Aaaarggghhh

Sudah lama ya aku ga pernah nulis blog ini atau lebih tepatnya mempublish. Yap beberapa hari ini jujur aku sedang galau parah, asli. Ini bermula dari kalender akademik yang memberitahukan aku bahwa pendaftaran sidang skripsi untuk tahun ini ditutup pada bulan November 2011 ini. Akan dibuka lagi awal Januari 2012, dan itu pun untuk sidang tanggal 23-27 Januari 2012 yang pada hari-hari itu juga dilaksanakan wisuda. Hufff... padahal aku dah janji ma ibu ayahku buat wisuda januari 2012 ini.
Asli beberapa hari ini very-very galau, sampe aku ga mood buat ngerjain skripsi yang tela sukses dikaligrafi ma dosbingku. Ga bisa menuntut apapun. Dan yang bisa aku lakukan saat ini adalah mencoba bangkit di tengah keterpurukan. So, aku mencoba mengikuti beberapa seminar motivasi dan bedah buku motivasi. Yang pertama adalah bedah buku 9 summer 10 autumsnya Iwan Setyawan. Ada bedah bukunya juga lho dan Alhamdulillah aku juara pertama, cihuuy seumur-umur kutan lomba nulis baru kali ini aku dapet juara pertama.
Di akhir-akhir acara aku ga mau kaya peserta lain yang cuman minta tanda tangan kemudian udah pergi, ga ada kesan sama sekali, makanya aku ikut bedah buku. Kebetulan moderatornya senior deketku mas Pariman. Jadi aku nempel terus sampe akhirnya bisa speak-speak langsung. dan minta tanda tangan buat bukunya
Mas Pariman : Saya mau minta tanda tangan nih
Pak Iwan : Owh, thanx ya
Mas Pariman : Sama kasih buku saya
Pak Iwan : Lho, kamu nulis buku juga ya? Sialan lo, makanya tadi di depan aku ngerasa very special banget, ternyata lo nulis buku juga, sialan lo
Mas Pariman : Hehe iya ini juga saya tulis sebelum saya lulus 6 tahun 7 bulan.
Pak Iwan : Iya gak papa, banyak temenku yang lulus lama tapi dia ga hasilin apa-apa percuma banget. Makanya saya meskipun ga ikut apa-apa, saya komit buat lulus cepet dan jadi wisudawan terbaik.
Aku : Pak, saya juga mau minta tanda tangan
Pak Iwan : Oh, thanx ya, eh, tadi kamu yang juara 1 nya ya? congratz ya, maaf tadi lagi banyak yang minta tanda tangan"
Aku : Iya Pak
Pak Iwan : Udah semester berapa?
Aku : Aduh, berapa ya? Banyak deh,
Pak Iwan : jangan-jangan 7 tahun juga?
Aku : Gak lah, baru 5 tahun... (Asli sebenernya nusuk banget??? haiaaah)
Pak Iwan : Cepet lulus ya (Jleb asli nusuk banget : D )

waktu pak Iwan mau balik ke Hotel, dia nyalamin aku ma mas Pariman
Pak Iwan : (Sambil salaman) Beneran kita kontak-kontak ya
Mas Pariman : Okay
Pak Iwan  : (nyalamin aku) mmm, kamu cepet lulus aja deh
Aku : (Gubraaag masih inget aja dia)


Terus pas mau naik taksi, salaman lagi
Pak Iwan : (Nyalamin mas Pariman) kita kontak-kontakan ya
Mas Pariman : Sip
Pak Iwan :  (Nyalami aku) hhh, cepet lulus aja deh
AKu : (Jedug-jedugin kepala ke tembok)

but, sangat berkesan banget, hari keduanya aku pun ikut training EQ with Bong Chandra, motivator termuda se-Asia. Asli aku ga bisa konsen buat ikut tu seminar, karena roomnya hot, panas, sampe pmbicaranya juga buka jas. Tapi akhirnya aku malah lebih asyik ngamatin perilaku peserta training, setidaknya aku membagi beberapa tipe peserta training, yaitu


1. Peserta serius, biasanya dia sangat antusias dengan apa yang disampaikan pembicara, selain itu tangannya selalu aktif mencatat setia materi berharga dari pembicara, giliran bertanya dia akan langsung dengan semanta mengacungkan tangan, bila perlu berdiri di atas kursi.

2.Peserta tidur, dia hanya terpesona dengan pembicara di awal, tapi ketika materi berlangsung dia sukses tertidur.

3.Peserta ngobrol, dia lebih milih asyik ngobrol dengan teman sebelahnya entah tentang apapun, yang jelas bukan materi yang sedang dibicarakan saat itu.

4.Peserta Pacaran, ya mungkin mereka jenis yang unik karena memilih pacaran di tempat seminar bukan di bioskop.

5.Cari link, nah peserta ini cukup bermutu karena dia bisa memanfaatkan moment untuk membangun jaringannya, bila perlu dia yang mungkin juga seorang pedagang akan membawa barang samplenya untuk dijual.

6. Peserta nggaya, ntahlah kadang ada saja peserta yang berdandan kaya mau nampil di catwalk (Kucing jalan), dandanannya kadang juga mengganggu konsentrasi peserta lainnya.

7. Peserta terpesona, dia mungkin agak satu level dari peserta serius, hanya saja dia hanya terpesona dengan pembicaranya sampe-sampe dia melongo waktu dengerin pembicara ngomong, sering-sering peserta seperti ini juga telmi, misal temen sebelahnya nanya, "Eh tadi dia bilang apa?" "Ga tau" ""Lha lu daritadi merhatiin apa?" Peserta ini juga biasanya akan semangat klo ada kesempatan bisa minta tanda tangan atau sekedar say hallo ma pembicara.

8. Peserta handphone, entah telpon atau sms, biasanya kan bilang, "Eh aku sekarang lagi di seminarnya Pak Z lho, keren abis men, eh gimana kabarmu?" intinya waktu dia cuman habis buat nelpon or smsan.

9. Peserta foto-foto, ini lebih seringnya cewek, merhatiin materi juga ga karena foto-foto sendiri, giliran dah selese dia langsung minta foto bareng ma pembicara.

10. Terakhi adalah peserta pencari sertifikat, dia yang penting dateng entah aktivitas apapun yang akan dilakukannya, baik itu iseng nyatet, merhatiin tapi kadang juga ga, klo berani entar juga nanya, intinya tujuannya adalah untuk mendapatkan sertifikat, klo sertifikatnya belum tersedia hari itu, dia akan terus mengejar sampe dapet.

Ya kategorisasi ini ga baku sih, bisa campur-campur atau mungkin ada tipe peserta seminar lain ...

Ya sejujurnya pun beum banyak ngefek ke aku.

Aku mau bercerita tentang temen-temenku dan skripsinya
ada banyak temenku yang punya experience yang unik bagiku. Ada temenku Bogi yang skripsinya didaftarin ma temenku lainnya Gani. Gani bilang gini, "Pokoknya aku ga rela klo Bogi ga sidang Desember 2011 ini" buset ada ya temen sebaik dia, pikirku. Ada ga temenku yang mau kek gitu??? huhuhu terharu, padahal Bogi posisinya pada waktu itu ge di rumah, sedangkan pendaftaran skripsi minggu itu yang terakhir. Jadilah Bogi menyelesaikan softnya kemudian diemail ke Gani, dan Gani yang neprint, jilidin, mpe ngurusin ke biro, gila pikirku... congratz deh Bog, and salut ma Gani, dkk yang mau ngurusin skripsinya Bogi ^^b
Ada juga temenku yang colaps kaya aku. Sudah sampe BAB III tapi ternyata disuruh ganti judul, gimana dah stres. Ngerjain mpe BAB III aja tu juga dah pengorbanan yang berdarah-darah. Akhirnya semangatnya seakan tenggelam dan aku ga tau kabar skripsinya lagi.
Temenku yang ibunya juga dosen di UNDIP meskipun di fakultas yang berbeda. Lha ini temenku yang unik, mood-moodan buat ngerjain skripsi mpe akhirnya ibunya sendiri harus ikut turun tangan bantuin tu bocah ngerjain skripsinya dengan iming-iming cepet nikah. haha
Mungkin dari temenku yang unik, temenku yang ga ada kabar ga ada apa tiba-tiba dikabarkan udah lulus. AKu yang hampir setiap hari ke kampus aja ga pernah liat di kampus buat bimbingan misalnya, tiba-tiba kata adek kostnya udah lulus. Mungkin dia terobses sama film 3 idiot kali ya? Meninggalkan teman-temannya tanpa mengucapkan say good bye.
Ya itulah temen-temenku dan kisahnya tentang skripsi, mungkin masih banyak lagi, next time aku ceritain lagi...

See You At The Atap...

Sabtu, 05 November 2011

Habis Kuliah Langsung Kerja atau Habis Kuliah Langsung Nganggur

Aku bisa mengategorikan tempat kuliah itu pada dua jenis, jenis yang pertama kuliah yang pasca lulus kita masih harus mati-matian cari kerja sendiri atau syukur-syukur udah ada link yang menawarkan. Sedangkan jenis yang kedua adalah kuliah yang pasca lulus, kita sudah dapat tempat kerja, misalnya STAN, STIS. Dua tempat kuliah ini sama baiknya, baik yang sudah ada penempatan atau belum. Tapi aku milih kuliah di perguruan tinggi biasa bukan di STAN sewaktu dulu banyak yang mendukungku. 
Alasanku simple, pertama aku ga suka dengan angka-angka atau berhitung sehingga aku akan mencari tempat kuliah yang minimal bisa meminimalisir kegiatan hitung menghitung itu, yang kedua aku ingin bebas menentukan mau belajar sebagai apa? Nyaman belajar bagaimana? Mungkin ada teman-teman yang nyaman untuk kuliah dengan dipenuhi angka-angka, tapi sayangnya aku tidak. Jika aku memilih STAN, apakah aku bisa kuliah psikologi? Bisa-bisa saja, aku bisa belajar otodidak mengenai psikologi. Tapi aku tetap tidak akan menemukan suasana menyenangkan dalam kuliah psikologi itu sendiri. 
Tujuanku itu ingin belajar bukan mendapatkan nilai sebagai prioritas. Meskipun bisa saja nilai menjadi sebuah indikator. Tapi, nilai tidak selamanya menunjukan kemampuan dari seseorang. Bukan, bukan maksudku bahwa orang yang mendapatkan nilai B dalam statistika sebenarnya lebih pandai dari itu. Hanya saja tidak jarang mahasiswa sering menjadi korban atas ketidaksukaan dosen. Misalnya, "Ah, saya tidak suka dengan mahasiswa ini" meskipun dia secerdas apapun, dan sebenernya nilai ujiannya bisa mendapatkan nilai A. Karena ketidaksukaannya itu, dosen bisa saja memberikan nilai C. Ini bukan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah umum diketahui.
Aku masih inget cerita seorang teman, ada dosen yang mengajarkan suatu mata kuliah, "Baik, satu semester ini kita tidak akan kuliah tapi kalian masing-masing harus menghasilkan suatu alat tertentu dan nanti harus menjelaskannya pada saya" Aku pikir bagus juga.Di kuliah psikologi misalnya, aku pernah dicurhatin seorang tean, "Kenapa orang Psikologi itu tau cara belajar yang efektif tapi kenapa cara ngajarnya masih gitu-gitu aja ya?" Saya yakin, orang-orang Psikologi tidak asing dengan metode Quantum Learning. Metode yang berusaha mencapai keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri dalam pembelajaran. Tapi, bukan hanya dosen psikologi saja, tapi tenaga pengajar lain pasti yang belum menerapkannya.
Kita kembali kepada dua tempat kuliah tadi. Kadang aku iri juga melihat teman-temanku yang kuliah di STAN, lulus sudah langsung mendapatkan pekerjaan tanpa pusing-pusing mencarinya di luar, jabatannya PNS lagi. Kehidupannya bisa dijamin dah bermodal. Untuk melamar seorang pujaan hati pun, udah ga minder
Si PNS : Pak saya mau ngelamar putri bapak.
Bapaknya si putri : Hmmm, apa modal kamu memang?
Si PNS : Mmmm, saya kerja sebagai PNS Pak, di departemen ini. Saya dulu lulusan STAN
Bapaknya si putri : Hmmm, sudah siap lahir batin??
Si PNS : Sudah Pak, InsyaAlloh
Bapaknya si putri : Baiklah, kapan mau kita bicarakan lebih lanjut mengenai acara akad nikahnya.
Akan beda dengan lulusan acak adul
Lulusan Acak Adul : Saya mau melamar anak Bapak
bapaknya si anak : Modal kamu apa?
Lulusan Acak Adul : Modal saya cinta Pak
Bapaknya si anak : APA??? MEMANGNYA ANAKKU MAU KAMU KASIH APA? KASIH RUMPUT?? kerjaanmu apa?
Lulusan acak adul : (dengan mental yang udah mulai agak ciut) saya kerjaannya penulis Pak
Bapaknya si anak : Penulis apa?
Lulusan acak adul : mmm, penulis buku, "Cinta Memang Buta"
Bapaknya si anak : Buku apa itu? Pasti ga laku ya?
Lulusan acak adul : Laku kok Pak
Bapaknya si anak : Memang kamu dapat berap duit dari bukumu itu?
Lulusan acak adul : Gak pasti si Pak, pembayarannya tiap bulan ke 6, biasanya saya dapat 3 juta
Bapaknya si anak : APA??? 3 juta untuk waktu 6 bulan, kamu lulusan apa?
Lulusan acak adul : Psikologi Pak (Sambil nyengir)
Bapaknya si anak : Kamu ga saya terima, anak saya mau saya jodohkan dengan lulusan teknik sipil yang sekarang kerja di kontraktor A. Baru tiga bulan saja dia udah beli mobil. Kamu? 6 bulan aja buat makan aja pake lauk rumput
Lulusan acak adul : huhuhuhu
Sebenernya ga setragis itu, tapi kadang realitanya gak jauh-jauh dari itu lah. 
Aku selalu kagum dengan orang-orang muda kaya Bong Chandra atau Billy Boen yang meraih suksesnya di usia yang sangat muda. Klo Bong Chandra sosok sukses di dunia enterpreneurship sedangkan Billy Boen sosok sukses di dunia kerja. Tapi intinya sama-sama muda bagiku dan mereka telah sukses di usia muda. Bahkan Bong Chandra usinya gak jauh dariku, setahun lebih tua dariku. Aku mikir, orang-orang ini makan apa sih? kok bisa sukses kaya gitu???
Aku sudah coba makan batu, makan rumput, sampe makan angin pun belum sukses-sukses juga? Beberapa kali aku coba memulai berwirausaha tapi ujung-ujungnya gagal. Pernah aku nyewain buku dan hanya satu orang yang meminjam, ada beberapa yang meminjam tapi sampai sekarang belum dikembalikan. Tapi aku belajar sesuatu dari situ, paling tidak aku sudah memulai sebuah pengalaman. Aku ingin mencoba lagi. Dan mendapatkan uang di samping uang pokok yang biasanya kita dapat dari orang tua itu memang sangat menyenangkan.
Intinya simpel sebenernya, aku ingin lulus tanpa punya sesuatu untuk aku kerjakan. Seperti kata temenku, setelah diwiuda, ada beberapa yang kemudian berpikir, "Selamat Anda resmi menjadi pengangguran" Setidaknya pengangguran untuk beberapa waktu hingga nantinya akna mendapatkan pekerjaan atau meneruskan S2. Berbicara S2 aku udah bilang terang-terangan ke ortu, "Aku ingin S2 dengan biayaya ku sendiri" dan aku pun sadar bahwa S2 itu tidak sedikit biayanya. Tapi aku harap dari hal tersebut aku bisa memiliki targetan tertentu.
Aku ingin kuliah di luar negeri, lebih tepatnya antara Jepang atau Malaysia. Ketika teman-temanku yang kuliah S2 kebanyakan di dalam negeri bahkan yang pandai sekalipun, mereka jauh lebih baik dariku. Tapi, cita-citaku cuma satu, aku ingin melihat dunia ini lebih luas dan belajar hal-hal yang baru.