Senin, 28 November 2011

Aaaarggghhh

Sudah lama ya aku ga pernah nulis blog ini atau lebih tepatnya mempublish. Yap beberapa hari ini jujur aku sedang galau parah, asli. Ini bermula dari kalender akademik yang memberitahukan aku bahwa pendaftaran sidang skripsi untuk tahun ini ditutup pada bulan November 2011 ini. Akan dibuka lagi awal Januari 2012, dan itu pun untuk sidang tanggal 23-27 Januari 2012 yang pada hari-hari itu juga dilaksanakan wisuda. Hufff... padahal aku dah janji ma ibu ayahku buat wisuda januari 2012 ini.
Asli beberapa hari ini very-very galau, sampe aku ga mood buat ngerjain skripsi yang tela sukses dikaligrafi ma dosbingku. Ga bisa menuntut apapun. Dan yang bisa aku lakukan saat ini adalah mencoba bangkit di tengah keterpurukan. So, aku mencoba mengikuti beberapa seminar motivasi dan bedah buku motivasi. Yang pertama adalah bedah buku 9 summer 10 autumsnya Iwan Setyawan. Ada bedah bukunya juga lho dan Alhamdulillah aku juara pertama, cihuuy seumur-umur kutan lomba nulis baru kali ini aku dapet juara pertama.
Di akhir-akhir acara aku ga mau kaya peserta lain yang cuman minta tanda tangan kemudian udah pergi, ga ada kesan sama sekali, makanya aku ikut bedah buku. Kebetulan moderatornya senior deketku mas Pariman. Jadi aku nempel terus sampe akhirnya bisa speak-speak langsung. dan minta tanda tangan buat bukunya
Mas Pariman : Saya mau minta tanda tangan nih
Pak Iwan : Owh, thanx ya
Mas Pariman : Sama kasih buku saya
Pak Iwan : Lho, kamu nulis buku juga ya? Sialan lo, makanya tadi di depan aku ngerasa very special banget, ternyata lo nulis buku juga, sialan lo
Mas Pariman : Hehe iya ini juga saya tulis sebelum saya lulus 6 tahun 7 bulan.
Pak Iwan : Iya gak papa, banyak temenku yang lulus lama tapi dia ga hasilin apa-apa percuma banget. Makanya saya meskipun ga ikut apa-apa, saya komit buat lulus cepet dan jadi wisudawan terbaik.
Aku : Pak, saya juga mau minta tanda tangan
Pak Iwan : Oh, thanx ya, eh, tadi kamu yang juara 1 nya ya? congratz ya, maaf tadi lagi banyak yang minta tanda tangan"
Aku : Iya Pak
Pak Iwan : Udah semester berapa?
Aku : Aduh, berapa ya? Banyak deh,
Pak Iwan : jangan-jangan 7 tahun juga?
Aku : Gak lah, baru 5 tahun... (Asli sebenernya nusuk banget??? haiaaah)
Pak Iwan : Cepet lulus ya (Jleb asli nusuk banget : D )

waktu pak Iwan mau balik ke Hotel, dia nyalamin aku ma mas Pariman
Pak Iwan : (Sambil salaman) Beneran kita kontak-kontak ya
Mas Pariman : Okay
Pak Iwan  : (nyalamin aku) mmm, kamu cepet lulus aja deh
Aku : (Gubraaag masih inget aja dia)


Terus pas mau naik taksi, salaman lagi
Pak Iwan : (Nyalamin mas Pariman) kita kontak-kontakan ya
Mas Pariman : Sip
Pak Iwan :  (Nyalami aku) hhh, cepet lulus aja deh
AKu : (Jedug-jedugin kepala ke tembok)

but, sangat berkesan banget, hari keduanya aku pun ikut training EQ with Bong Chandra, motivator termuda se-Asia. Asli aku ga bisa konsen buat ikut tu seminar, karena roomnya hot, panas, sampe pmbicaranya juga buka jas. Tapi akhirnya aku malah lebih asyik ngamatin perilaku peserta training, setidaknya aku membagi beberapa tipe peserta training, yaitu


1. Peserta serius, biasanya dia sangat antusias dengan apa yang disampaikan pembicara, selain itu tangannya selalu aktif mencatat setia materi berharga dari pembicara, giliran bertanya dia akan langsung dengan semanta mengacungkan tangan, bila perlu berdiri di atas kursi.

2.Peserta tidur, dia hanya terpesona dengan pembicara di awal, tapi ketika materi berlangsung dia sukses tertidur.

3.Peserta ngobrol, dia lebih milih asyik ngobrol dengan teman sebelahnya entah tentang apapun, yang jelas bukan materi yang sedang dibicarakan saat itu.

4.Peserta Pacaran, ya mungkin mereka jenis yang unik karena memilih pacaran di tempat seminar bukan di bioskop.

5.Cari link, nah peserta ini cukup bermutu karena dia bisa memanfaatkan moment untuk membangun jaringannya, bila perlu dia yang mungkin juga seorang pedagang akan membawa barang samplenya untuk dijual.

6. Peserta nggaya, ntahlah kadang ada saja peserta yang berdandan kaya mau nampil di catwalk (Kucing jalan), dandanannya kadang juga mengganggu konsentrasi peserta lainnya.

7. Peserta terpesona, dia mungkin agak satu level dari peserta serius, hanya saja dia hanya terpesona dengan pembicaranya sampe-sampe dia melongo waktu dengerin pembicara ngomong, sering-sering peserta seperti ini juga telmi, misal temen sebelahnya nanya, "Eh tadi dia bilang apa?" "Ga tau" ""Lha lu daritadi merhatiin apa?" Peserta ini juga biasanya akan semangat klo ada kesempatan bisa minta tanda tangan atau sekedar say hallo ma pembicara.

8. Peserta handphone, entah telpon atau sms, biasanya kan bilang, "Eh aku sekarang lagi di seminarnya Pak Z lho, keren abis men, eh gimana kabarmu?" intinya waktu dia cuman habis buat nelpon or smsan.

9. Peserta foto-foto, ini lebih seringnya cewek, merhatiin materi juga ga karena foto-foto sendiri, giliran dah selese dia langsung minta foto bareng ma pembicara.

10. Terakhi adalah peserta pencari sertifikat, dia yang penting dateng entah aktivitas apapun yang akan dilakukannya, baik itu iseng nyatet, merhatiin tapi kadang juga ga, klo berani entar juga nanya, intinya tujuannya adalah untuk mendapatkan sertifikat, klo sertifikatnya belum tersedia hari itu, dia akan terus mengejar sampe dapet.

Ya kategorisasi ini ga baku sih, bisa campur-campur atau mungkin ada tipe peserta seminar lain ...

Ya sejujurnya pun beum banyak ngefek ke aku.

Aku mau bercerita tentang temen-temenku dan skripsinya
ada banyak temenku yang punya experience yang unik bagiku. Ada temenku Bogi yang skripsinya didaftarin ma temenku lainnya Gani. Gani bilang gini, "Pokoknya aku ga rela klo Bogi ga sidang Desember 2011 ini" buset ada ya temen sebaik dia, pikirku. Ada ga temenku yang mau kek gitu??? huhuhu terharu, padahal Bogi posisinya pada waktu itu ge di rumah, sedangkan pendaftaran skripsi minggu itu yang terakhir. Jadilah Bogi menyelesaikan softnya kemudian diemail ke Gani, dan Gani yang neprint, jilidin, mpe ngurusin ke biro, gila pikirku... congratz deh Bog, and salut ma Gani, dkk yang mau ngurusin skripsinya Bogi ^^b
Ada juga temenku yang colaps kaya aku. Sudah sampe BAB III tapi ternyata disuruh ganti judul, gimana dah stres. Ngerjain mpe BAB III aja tu juga dah pengorbanan yang berdarah-darah. Akhirnya semangatnya seakan tenggelam dan aku ga tau kabar skripsinya lagi.
Temenku yang ibunya juga dosen di UNDIP meskipun di fakultas yang berbeda. Lha ini temenku yang unik, mood-moodan buat ngerjain skripsi mpe akhirnya ibunya sendiri harus ikut turun tangan bantuin tu bocah ngerjain skripsinya dengan iming-iming cepet nikah. haha
Mungkin dari temenku yang unik, temenku yang ga ada kabar ga ada apa tiba-tiba dikabarkan udah lulus. AKu yang hampir setiap hari ke kampus aja ga pernah liat di kampus buat bimbingan misalnya, tiba-tiba kata adek kostnya udah lulus. Mungkin dia terobses sama film 3 idiot kali ya? Meninggalkan teman-temannya tanpa mengucapkan say good bye.
Ya itulah temen-temenku dan kisahnya tentang skripsi, mungkin masih banyak lagi, next time aku ceritain lagi...

See You At The Atap...

Sabtu, 05 November 2011

Habis Kuliah Langsung Kerja atau Habis Kuliah Langsung Nganggur

Aku bisa mengategorikan tempat kuliah itu pada dua jenis, jenis yang pertama kuliah yang pasca lulus kita masih harus mati-matian cari kerja sendiri atau syukur-syukur udah ada link yang menawarkan. Sedangkan jenis yang kedua adalah kuliah yang pasca lulus, kita sudah dapat tempat kerja, misalnya STAN, STIS. Dua tempat kuliah ini sama baiknya, baik yang sudah ada penempatan atau belum. Tapi aku milih kuliah di perguruan tinggi biasa bukan di STAN sewaktu dulu banyak yang mendukungku. 
Alasanku simple, pertama aku ga suka dengan angka-angka atau berhitung sehingga aku akan mencari tempat kuliah yang minimal bisa meminimalisir kegiatan hitung menghitung itu, yang kedua aku ingin bebas menentukan mau belajar sebagai apa? Nyaman belajar bagaimana? Mungkin ada teman-teman yang nyaman untuk kuliah dengan dipenuhi angka-angka, tapi sayangnya aku tidak. Jika aku memilih STAN, apakah aku bisa kuliah psikologi? Bisa-bisa saja, aku bisa belajar otodidak mengenai psikologi. Tapi aku tetap tidak akan menemukan suasana menyenangkan dalam kuliah psikologi itu sendiri. 
Tujuanku itu ingin belajar bukan mendapatkan nilai sebagai prioritas. Meskipun bisa saja nilai menjadi sebuah indikator. Tapi, nilai tidak selamanya menunjukan kemampuan dari seseorang. Bukan, bukan maksudku bahwa orang yang mendapatkan nilai B dalam statistika sebenarnya lebih pandai dari itu. Hanya saja tidak jarang mahasiswa sering menjadi korban atas ketidaksukaan dosen. Misalnya, "Ah, saya tidak suka dengan mahasiswa ini" meskipun dia secerdas apapun, dan sebenernya nilai ujiannya bisa mendapatkan nilai A. Karena ketidaksukaannya itu, dosen bisa saja memberikan nilai C. Ini bukan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah umum diketahui.
Aku masih inget cerita seorang teman, ada dosen yang mengajarkan suatu mata kuliah, "Baik, satu semester ini kita tidak akan kuliah tapi kalian masing-masing harus menghasilkan suatu alat tertentu dan nanti harus menjelaskannya pada saya" Aku pikir bagus juga.Di kuliah psikologi misalnya, aku pernah dicurhatin seorang tean, "Kenapa orang Psikologi itu tau cara belajar yang efektif tapi kenapa cara ngajarnya masih gitu-gitu aja ya?" Saya yakin, orang-orang Psikologi tidak asing dengan metode Quantum Learning. Metode yang berusaha mencapai keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri dalam pembelajaran. Tapi, bukan hanya dosen psikologi saja, tapi tenaga pengajar lain pasti yang belum menerapkannya.
Kita kembali kepada dua tempat kuliah tadi. Kadang aku iri juga melihat teman-temanku yang kuliah di STAN, lulus sudah langsung mendapatkan pekerjaan tanpa pusing-pusing mencarinya di luar, jabatannya PNS lagi. Kehidupannya bisa dijamin dah bermodal. Untuk melamar seorang pujaan hati pun, udah ga minder
Si PNS : Pak saya mau ngelamar putri bapak.
Bapaknya si putri : Hmmm, apa modal kamu memang?
Si PNS : Mmmm, saya kerja sebagai PNS Pak, di departemen ini. Saya dulu lulusan STAN
Bapaknya si putri : Hmmm, sudah siap lahir batin??
Si PNS : Sudah Pak, InsyaAlloh
Bapaknya si putri : Baiklah, kapan mau kita bicarakan lebih lanjut mengenai acara akad nikahnya.
Akan beda dengan lulusan acak adul
Lulusan Acak Adul : Saya mau melamar anak Bapak
bapaknya si anak : Modal kamu apa?
Lulusan Acak Adul : Modal saya cinta Pak
Bapaknya si anak : APA??? MEMANGNYA ANAKKU MAU KAMU KASIH APA? KASIH RUMPUT?? kerjaanmu apa?
Lulusan acak adul : (dengan mental yang udah mulai agak ciut) saya kerjaannya penulis Pak
Bapaknya si anak : Penulis apa?
Lulusan acak adul : mmm, penulis buku, "Cinta Memang Buta"
Bapaknya si anak : Buku apa itu? Pasti ga laku ya?
Lulusan acak adul : Laku kok Pak
Bapaknya si anak : Memang kamu dapat berap duit dari bukumu itu?
Lulusan acak adul : Gak pasti si Pak, pembayarannya tiap bulan ke 6, biasanya saya dapat 3 juta
Bapaknya si anak : APA??? 3 juta untuk waktu 6 bulan, kamu lulusan apa?
Lulusan acak adul : Psikologi Pak (Sambil nyengir)
Bapaknya si anak : Kamu ga saya terima, anak saya mau saya jodohkan dengan lulusan teknik sipil yang sekarang kerja di kontraktor A. Baru tiga bulan saja dia udah beli mobil. Kamu? 6 bulan aja buat makan aja pake lauk rumput
Lulusan acak adul : huhuhuhu
Sebenernya ga setragis itu, tapi kadang realitanya gak jauh-jauh dari itu lah. 
Aku selalu kagum dengan orang-orang muda kaya Bong Chandra atau Billy Boen yang meraih suksesnya di usia yang sangat muda. Klo Bong Chandra sosok sukses di dunia enterpreneurship sedangkan Billy Boen sosok sukses di dunia kerja. Tapi intinya sama-sama muda bagiku dan mereka telah sukses di usia muda. Bahkan Bong Chandra usinya gak jauh dariku, setahun lebih tua dariku. Aku mikir, orang-orang ini makan apa sih? kok bisa sukses kaya gitu???
Aku sudah coba makan batu, makan rumput, sampe makan angin pun belum sukses-sukses juga? Beberapa kali aku coba memulai berwirausaha tapi ujung-ujungnya gagal. Pernah aku nyewain buku dan hanya satu orang yang meminjam, ada beberapa yang meminjam tapi sampai sekarang belum dikembalikan. Tapi aku belajar sesuatu dari situ, paling tidak aku sudah memulai sebuah pengalaman. Aku ingin mencoba lagi. Dan mendapatkan uang di samping uang pokok yang biasanya kita dapat dari orang tua itu memang sangat menyenangkan.
Intinya simpel sebenernya, aku ingin lulus tanpa punya sesuatu untuk aku kerjakan. Seperti kata temenku, setelah diwiuda, ada beberapa yang kemudian berpikir, "Selamat Anda resmi menjadi pengangguran" Setidaknya pengangguran untuk beberapa waktu hingga nantinya akna mendapatkan pekerjaan atau meneruskan S2. Berbicara S2 aku udah bilang terang-terangan ke ortu, "Aku ingin S2 dengan biayaya ku sendiri" dan aku pun sadar bahwa S2 itu tidak sedikit biayanya. Tapi aku harap dari hal tersebut aku bisa memiliki targetan tertentu.
Aku ingin kuliah di luar negeri, lebih tepatnya antara Jepang atau Malaysia. Ketika teman-temanku yang kuliah S2 kebanyakan di dalam negeri bahkan yang pandai sekalipun, mereka jauh lebih baik dariku. Tapi, cita-citaku cuma satu, aku ingin melihat dunia ini lebih luas dan belajar hal-hal yang baru.

Minggu, 30 Oktober 2011

Si Kologi

Entah kenapa Psikologi selalu identik dengan tes psikologi, orang ‘gila’, atau Guru BK. Padahal bidang psikologi itu luas, seluas sawah membentang. Ada psikologi perkembangan yang membahas perkembangan manusia dari mulai bayi sampe tua Bangka, psikologi pendidikan yang salah satunya membahas gaya belajar, pskologi industry organisasi yang salah satunya membahas pengembangan sumber daya manusia dala lingkup industry maupun organisasi, psikologi klinis yang salah satunya mempelajari bagaimana kita bisa stress, dan psikologi social yang salah satunya membahas mengenai engapa orang ada yang agresif tapi ada juga yang suka nolong. So, selama ada manusia, di situlah psikologi aka nada.
Bentar, tau ga psikologi itu apaan? Bukan bukan psikologi itu bukan ilmu tentang perdukunan. Sering orang-orang mengira psikologi itu ilmu tentang perdukunan, meskipun ada pembahasan di sana.  Seperti ketika ketemu ma serombongan ibu-ibu di stasiun Poncol ketika aku akan pulang.
Tapi sekali lagi lulusan psikologi itu gak jadi dukun. Bukan. Lulusan psikologi itu bukan dukun. Baik, gini pskologi dari akar katanya diambil dari psiko inget psiko bukan posko apalagi psikokamling, bukan, psko diambil dari bahasa Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logi yang diambil dari bahasa Yunani juga logos yang artinya ilmu, jadi psikologi adalah ilmu yang mempelajari jwa. But, kenyataannya ternyata dang a tau ceritanya gimana tiba-tiba psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku bukan jiwa. Aneh bukan?
Dari yang aku pelajari sih permasalahannya pada pengukurannya pada konteks ilmiah, yak arena psikologi ga kaya kimia, kaya ilmu kedokteran, apalagi kaya teknik, so perilaku dianggap sebagai manifestasi dari jiwa itu sendiri yang bisa diterima oleh pancaindra manusia. Ya sudah lah kita gak usah berpanjang lebar membahas ini, selain bukan tempatnya, juga bagi pemula akan semakin pusing membahas hal-hal tersebut. Aku juga sangat pusing memikirkannya. dan aku bisa stres.
Oya berbicara tentang stres, jangan dikira orang psikologi itu ga bisa stress. Aku pernah nanyain ini ke dosen, dan jawaban mereka intinya sama, bahwa orang psikologi juga manusia. Bukan dewa atau makhluk apapun. Meskipun kami memplejari apa itu stres, toh kami tetep keserang stres. 
Buat ngatasin stres dala psikologi ada yang namanya coping, ada dua jenis coping, yaitu problem focus coping dan emotional fokus coping. Klo kita stres karena ditagihin utang terus milih cuci mata ke mall itu namanya emotional focus coping. Klo kemudian kita lunasin tu utang atau lobi minta keringanan tu namanya problem focus coping.
Berbicara tentang cuci mata, aku punya cerita waktu kuliah filsafat manusia. 
Pak Dosen : klo kamu stres suka cuci mata ke mana?
Aku : Gramedia, pak
Pak Dosen : hmmm, boleh dong besok saya ikut? klo kamu (sambil nunjuk temenku sebelah, Amin (namanya Amin))
Amin : (masih bingung), eh?
Aku : kamu klo ge stres suka cuci mata ke mana?
Amin : Oh, pake insto Pak
Aku : (tepuk jidat)
Sontak aja se kelas pada ketawa, seperti biasa, karena Amin tu temenku yang polos banget jadi cuman ngerespon "Apa sich?"
Pernah suatu kali kuliah Psikologi Eksperimen.Seperti biasa aku dan beberapa temen cowok lain duduk di depan. Karena kuliah di jam siang jadi suasana ngantuk itu sangat membahana. Aku paling suka klo lagi ngantuk dengerin dosen ceramah tu suka ngeliatin mahasiswa lain yang juga ge ngantuk. Ah, kebetulan Amin lagi tertidur. So, aku senggol... "heh" belum bangun juga
Dosen yang waktu itu pas ge ngajuin mahasiswa kali aja ada yang mau maju buat laksanain tugas yang diberikan dosen. 
Aku : Heh (ga peduli dengan dosen yang masih nawarin mahasiswa, "Iya ayo siapa yang berani?" masih nyenggol-nyenggol Amin)
Amin : heh... (Ngelirik ke aku)
Aku : tu dengerin
Amin : Oh
Bu Dosen : (liat ke Amin) iya Masnya maju???
Amin : (tiba-tiba aja maju, setelah di depan. Celingak Celinguk)
Bu Dosen : Iya ayo
Amin : ??????
Aku : (tepuk jidat)
Amin : ??????
Bu Dosen : (masih nunggu)
Amin ????? celingak celinguk
Kelas : mulai ada yang ketawa
Amin : ?????
Bu Dosen : (Masih nunggu)
Amin : ??????
Bu Dosen : Bisa ga sih?
Amin : Bisa apa, Bu????
Bu Dosen ; Lha, tadi ndengerin ga?
Amin : Tadi saya ketiduran
Aku : (Tutupan muka)
Bu Dosen : Terus kenapa maju?
Kelas : (Ketawa corus)
Amin : ga tau Bu, tadi saya disenggol-senggol temen saya, kirain saya dipanggil Ibu (Amin biasanya ahli perkomputeran jadi dia pikir disuruh benerin komputer)
Bu Dosen : Jangan diulangi, ya sudah duduk sana
Amin : Ih kamu nih
Aku : Lha, aku cuman bangunin kamu, kamu malah maju.
Amin tu temen deketku selama kuliah, same kita dikira anak kembar. Hanya saja Amin tu lebih polos.
Baik kita balik lagi, jangan dikira orang psikologi ga bisa stres. Misalnya aku, klo ge stres suka jalan-jalan ke toko buku, meskipun hanya melihat-lihat saja, sebuah kepuasaan pribadi. Ketika stres itu emang rasanya menyebalkan banget. Ni buat yang mau masuk psikologi, lu pikirin lagi deh. Kuliah di psikologi itu penuh dengan tugas dan tugas. Tugas satu belum selesai, udah ada tugas yang lainnya lagi. Belum lagi klo harus nyiapin presentasi. Sering banget tuh aku ma temen-temen sekelompok lembur, meskipun biasanya aku tinggal tidur semua. hwahaha
Karena itu aku juga butuh tempat katarsis. Katarsis itu penyaluran lain buat melampiaskan emosional kita.Misalnya nih, aku ge marah pengen nonjokin orang. Daripada beneran nonjokin orang aku aku lebih baik nonjokin tiang listrik depan rumahku. Ato klo lagi stres, ada yang sukanya teriak. Nah, tempat katarsisku tu salah satunya ya nulis ini. Kata siapa orang psikologi ga bisa stres?Ni aku buktinya. "Semua kita punya potensi untuk stres," kata temenku, "hanya saja ada yang bisa memenejnya dengan baik dan ada yang tidak."
Klo ditanya mana yang lebih baik antara coping emosional atau coping problem, jawabanku tegantung. Iya beneran tergantung, lu ambil tali terus lu gantung diri aja. hahaha... ga ga maksudku klo lu bisa langsung nyelesein tu sumber masalah (stressor) ya diselesein, klo belum bisa minimal emosional lu di perbaikin dulu, sehingga bisa lebih bijak nantinya.
Banyak kok anak psikologi yang ga bisa ngatasin stres atau masalahnya sendiri. Aku dapet cerita dari temenku di fakultas psikologi lain dan juga psikolog tempetku magang, ada juga lho mahasiswa psikologi yang jadi pasien di RSJ, atau harus dirujuk ke psikiater atau psikolog. Semuanya sangat mungkin, karena kita tetap manusia biasa. Aku juga bukan Doraemon yang klo ada apa-apa aku dapat ngeluarin barang-barang aneh. "Pak, istri saya katanya selingkuh" "baiklah ibu, "Kamera Pengitai Tidak Terlihat".
Kadang juga orang dateng ke psikolog atau minimal curhat ke anak psikologi cuman ingin curhat aja. Nah, intinya kadang emang tiap orang ingin didengar, termasuk aku sebagai manusia.

Kuliah Apaan nih?

Awal mula kuliah di psikologi, mata kuliah yang pertama kali aku pelajari adalah Antropologi. Di psikologi, tidak hanya mata kuliah tentang ke-psikologian yang dipelajari, tapi ilmu-ilmu lain yang berkaitan juga dipelajari seperti Sosiologi, Filsafat maupun kuliah penunjang lainnya seperti Pendidikan Agama, Bahasa Inggris, sampe kewarganegaraan ma pancasila juga dipelajari. Jadi jangan dipikir lulus SMA bahagia banget dah gak ketemu ma UUD 1945, justru semakin diperdalam. Ujiannya lisan lagi, aku sempet harus ngulang dua kali. Huuf… semuanya merupakan pondasi dalam wawasan ilmu psikologi.
Nah, kuliah Antropologiku ini sangat menyenangkan. Aku dan beberapa temen yang aslinya berasal dari IPA, cenderung cukup bingung untuk mengikuti. Bagaimana harus mengenal apa itu kebudayaan dan kawan-kawannya? Sampai harus buat paper mengenai desa tempat tinggalnya. Asyik banget akhirnya aku bisa memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana asal-usul desaku.
Yang unik dari kuliah Antropologi adalah pak dosennya. Dosennya unik banget, udah sepuh tapi wejangan-wejangannya sangat berarti bagi mahasiswanya. Filosofi hidupnya pun begitu bulu kuduk merinding disko. Misalnya bagaimana filosofinya terhadap perempuan? Perempuan baik dia jelek atau cantik itu sama saja kalo lampu kamar dimatiin.
Suatu saat di kuliah, “Kalian tau ga rambut di bawah hidung itu apaan?”
“Kumis” Jawab mahasiswa serentak
“Klo di sini” sambil nunjuk dagu
“Jenggot”
“Nah kalau di kelamin?”
Buset ni kuliah apaan?
Mahasiswa cuman hening, aku yakin mereka itu tau hanya saja tidak mau ngomong. Tabu banget untuk dibicarakan.
“Masa ga tau? Ya sudah namanya J****t, sekarang kalian tau ga? Klo yang di P*n**t tu apa namanya??”
Aaaaarrrggghh, apaan nih kuliah? Kali in beneran aku gak tau. Yang tau pun aku yakin akan sangat malu untuk menjawab.
“Ayo, ga ada yang tau?? Ta kasih kata kuncinya depannya huruf C. Ada yang tau?”
AKu geleng-geleng kepala
“Ya sudah huruf terakhirnya T, ada yang inget?”
“…..”
“Ah, gimana sih kalian ini?” beliau kemudian menuliskannya di whiteboard besar-besar CIWET. Aku yakin di antara pembaca banyak yang belum tau, jadi aku tuliskan saja.
“Ooooh”
Aku mengenal kepanjangan dari KNPI juga dari si bapak. Bukan, bukan KNPI lembaga kepemudaan itu. Tapi Kissing, Nepping, Putting, Intercorse. Ah, bodo amat apakah dengan aku menjawab, nilaiku akan menjadi A? Atau apakah ini akan menjadi soal di ujian mata kuliah Antropologi nanti?
Di waktu lain, temenku cewek yang agak gemukan juga ada yang pernah ditanya,
“Mba, kamu masih perawan?”
Aaaa, apa urusannya???
Lebih aneh lagi klo waktu ujian. Soalnya itu bikin aku tertidur di waktu ujian. Bukannya saking mudahnya, tapi saking banyaknya dan harus sesuai dengan buku teks. Gimana aku ga stress?? Harus ngapalin satu-satu gitu. Uniknya si bapak ini, klo mahasiswanya lagi ujian, suka ditinggal keluar ruangan. Sontak aja beberapa mahasiswa jadi kesenangan dan mulai melancarkan aksi mereka masing-masing. AKu yang kebetulan mendapatkan bangku ujian di belakang, secara tak sengaja menemukan sebuah wajah yang tiba-tiba terlihat di balik kaca ruangan. Si Bapak ternyata mengintip dari luar. Hwahaha, ada-ada saja ni si Bapak.
Secara personal aku sering mendapatkan wejangan dari si Bapak. Terutama wejangan untuk memilih jodoh yang benar dan bagaimana melakukan intercource yang baik. Seperti misalnya suatu ketika aku di mengikuti sebuah acara di kota Malang. Pagi-pagi berniat untuk cari udara segar, eh malah ketemu si bapak.
"Lagi, ngapain?"
"Lagi cari udara segara aja, pak"
"Tadi saya habis jalan-jalan, eh Anda sudah menikah ya?" ga tau tiba-tiba saja pembicaraan menjadi ke arah seperti ini, dan aku sepertinya sudah tau alur pembicaraan ini akan ke mana?
"Eh, belum pak"
"Ah, masa?"
"beneran pak"
"Gini, klo nanti Anda menikah, lebih baik Anda ga usah milih pekerjaan yang berat-berat, pilih kerjaan yang membuat Anda lebih lama di rumah. Pengalaman saya itu lebih enak karena bisa berduaan dengan istri"
"...."
"Waktu saya pertama kali nikah, juga gitu. Berduaan dengan istri di rumah. Uh, rasanya enak banget" sambil ngacungin jempol
",,,,"
"Saya pertama kali nikah ..." obrolan berikutnya berisi hal-hal tabu tentang tips-tips melakukan hubungan suami istri, bukannya gak mau berbagi tapi lamanya itu lho yang aku cape ngetik, hwehehe
"Ni, nanti klo Anda masih di Semarang, terus ketemu saya, Anda akan saya tagih"
"Tagih apa, Pak?"
"Eh, Anda kuat berapa lama??"
Hwaaaa, gubrag-gubrag, klo gitu aku ga mau tinggal di Semarang lagi nanti klo dah punya istri.
Tapi, bentar lagi beliau mau pensiun, aku dan teman-teman sering bicarain beliau. Tentang cerita-cerita lucunya dan wejangan-wejangan khasnya.
"Klo habis ngelakuin gituan, bagi yang laki-laki Anda harus bilang terima kasih ke istri Anda, "Terima Kasih, kamu memang luar biasa""
Aduh, kita bakalan kangen sama si bapak.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Training-Trainingan



Dunia psikologi itu ga jauh dari yang namanya pelatihan, training, atau semacamnya. Menurut materi yang aku dapet sih, pelatihan itu adalah…
Aku udah sering ikut pelatihan ini dan itu. Mulai dari yang menangis meratap-ratap hngga yang jingkrak-jingkrak loncat-loncat kaya pocong main lomba balap karung. Asyik aja sih ikutan kaya gitu. Meskipun memang dalam realita efek dari pelatihan itu biasanya cuman sampe 3 atau 4 hari. Misalnya habis ikut training motivasi menjadi pribadi yang tangguh luar biasa. Pelatihan yang sampe nginjek-nginjek beling, mpe ditabra-tabrak ma container (ya terakhir ini kayae ga mungkin deh).
Pasca pelatihan itu, basanya seseorang akan menjadi penuh semangat, penuh gairah, penuh apalagi-lah namanya. But, 3 hari atau seminggu orang yang tadinya merasa dirinya seperti Hulk jadilah dia seperti pecundang lagi. Meskipun ada konsep-konsep pelatihan terbaru yang mampu memberikan efek lebih lama lagi. Tapi, meskipun seperti itu, ada hal lain yang luput, paling tidak dari pelatihan itu ada sebuah perubahan dalam pola pikir. Orang yang tadinya berpikir bahwa sesuatu mustahil, bisa saja dia akhirnya akan mendapatkan sebuah pemikiran baru bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha. Salam Supri!!!
Well,dari semua pelatihan yang pernah aku ikuti, aku paling suka ma pelatihan hypnotherapy. Bermula dari rasa penasaranku mengenai bagaimana Uya Kuya dapat membuat orang jadi jujur-jujuran suka ma cowok, bagaimana Romy Rafael dapat menghipnosis orang untuk percaya bahwa daun itu adalah uang, dan lain sebagainya ahli hypnosis yang telah membuat kita sebagai penonton dapat tertawa-tawa melihat ulah para korban. Sebenarnya ada apa di balik semua itu? Apakah ada jin yang ikut nimbrung? Atau ada bencong yang tiba-tiba muncul di balik kamera sehingga membuat korban seperti tertidur?
Kali aja aku bisa jadi tukang hypnosis yang kaya di tipi-tipi itu. Paling ga hypnosis bapak biar dapat tambahan uang bulanan, haha. Tapi ketika membaca brosur sebuah pelatihan hipnoterapi yang bertuliskan, “Uang yang Anda keluarkan masih sangat kecil dibandingkan banyaknya orang yang akan Anda bantu” hmmm, ada tujuan lebih mulia lagi sepertinya daripada membuat orang tertidur dengan enakut-nakuti pake bencong. Tak apalah akhirnya pun aku mengikuti pelatihan tersebut.
Kebetulan seorang teman menjadi EO suatu pelatihan Hipnoterapi, sehingga aku pun memutuskan ikut. Meskipun aku mengakui bahwa harga untuk mengikuti pelatihan itu cukup mahal bagi kelas mahasiswa kroco seperti aku. Tapi tekadku bulat untuk mengikuti pelatihan itu. Berbekal tabungan yang aku miliki dan hasil pelobian ke orang tua, akhirnya aku ikut. Sebenernya bukan pelatihan hipnoterapi yang mahal bisa mencapai nilai 1 juta lebih (meskipun sekarang ada beberapa pelatihan hipnoterapi yang sangat terjangakau di bawah 1 juta. Pelatihan motivasi lain misalnya ada yang bisa mencapai angka 10 juta, atau paling murah adalah gratis. (Mataku akan berbinar-binar jika mendengar kata-kata itu, haha).
Pertama kali aku mengikuti tu pelatihan, bareng adek-adek angkatanku yang ternyata juga ikut. Satu kelas ada juga yang bapak-bapak, ibu-ibu, ma mas-mas. Yap, ada yang disuruh ikut, ada yang aku ga tau kenapa ikut? Tapi, sebagian besar orang yang ikut pelatihan ini atau semacamnya tertarik karena penasaran dengan gaya Uya Kuya, dkk di televise.
Workshop hari pertama dengan dr.Angga membuatku berpikir, hmmm, baiklah nikmati saja apa yang ada saat ini, daripada kita tidak mendapatkan apa-apa. Hari pertama bersama beberapa adek-adek angkatanku berserta peserta lain, ada yang dari Surabaya, ada juga yang dari Madiun mpe Purwokerto. Hari pertama ini materinya berkisar pada pemahaman mengenai teori dasar hipnoterapi, sejarah, dan bagaimana prosesnya. Agak kikuk pertama kali nyoba prakteknya, dan harus membaca mantranya alias scriptnya. Membuat partner praktekku hampir tertidur karena aku terlalu lama menghipnosisnya. Klo orang dah beneran tidur akan sulit untuk mensugestinya. Mau kita bilang, “rileks…rileks” dia udah sangat rileks. 
Aku lupa alasanku mengikuti pelatihan saat itu, tapi biasanya ini yang menentukan seberapa kita akan belajar sesuatu nantinya. Klo alasannya cumin bar dapet pengetahuan, ya akhirnya kita cumin tahu doank. So, tanyakan pada dirimu apa alasanmu untuk belajar? Apa pula alasanmu untuk membaca tulisanku ini?
Hari kedua, kami tidak menginap yang telah dikira oleh salah seorang adek angkatanku, dia sampe bawa pakaian buat ganti segala, hedheeh. Hari ini adalah praktik, dari pagi mpe menjelang siang aku dan partner yang kebetulan adek angkatanku sendiri paliiiing lama. Yang lain dah pada ambil coffe break, aku ma partnerku masih ber-rileks-rileks ria. Celingak-celinguk, haaa udah sepi ni ruangan. Praktek kedua adalah menghipnosis ibu hamil, ibu hamil yang khusus didatangkan entah dari mana, karena tiba-tiba saja ada itu kami hypnosis. Kali ini berkelompok karena ibu hamilnya cumin ada dua. Secara bergantian, kami menghipno si ibu, asli aku sangat aneh dalam sesi ini, ketika harus bergantian, rasanya ga asyik banget, “Setelah ini akan dilanjutkan oleh rekan saya” begitu terus mpe sejumlah orang dalam satu kelompok yang berjumlah sekitar 5 orang, jadi kaya acara berita pagi aja.
Abis ngebuat tu ibu hamil kebingungan karena dibuat praktik, dan aku mengira tu ibu-ibu past bingung, “Saya mau diapain? Hah dipinosis kaya di tipi-tipi itu? Aduh gimana nih? Aku ga mau disuruh-suruh apalagi ntar disuruh pura-pura ngelahirin.” Setelah itu kami dihipnosis bareng, ya kaya dikasih motivasi gitu. Awal-awal disaat ruangan yang remang-remang, dan mata kami tertutup sedang rileks-rileksnya serta denger dr.Angga menyebutkan kata cahaya. Entah kenapa tiba-tiba terang aku rasakan meskpun mataku masih tertutup. Yang aku ketahui ternyata yang membuat terang itu karena lampu ruangannya dinyalain. Oh, ini tho cahayanya?
Sngkat cerita, dua hari berlalu dan kini workshopnya dah selese, aku dapet sertifikat kepesertaan plus kenggotaan IBH (Indonesian Board Hipnoterapi) dan menyandang gelar CH (Certified Hypnotist), kini aku tau klo CHt itu bukan kependekan dari Chating, melainkan Certified Hypnotherapist. CH Diberikan untuk yang telah menyelesaikan program basic, CHt diberikan kepada yang telah menyelesaikan program Advance, ada juga MHt (Master Hypnotherapist) dan CI (Certified Instructor) yang aku masih bingung bagaimana mendapatkannya? Wuiih, serasa lahr kembal setelah mengikuti workshop itu. PD yang aku rasakan waktu itu, udah punya skill baru.
ABis ikut pelatihan itu, aku jadi mulai tergila-gila dengan yang namanya hypnosis. Rasanya ingin ikutan pelatihan sejenis lagi. Wuiiih, jadi gila pamphlet, setiap ada pamphlet bertuliskan “WORKSHOP HIPNOSIS/ HIPNOTERAPI” aku langsung membacanya, tapi biasanya akan aku urungkan jika ternyata tabunganku belum cukup. Pernah ada yang cuman 200an aku langsung daftar, tapi sedih ga jadi ikut. Huhuhu. Bukan di pamphlet saja, tapi juga searching lewat Om Gugel. Ada bermacam-macam workshop sejenis dengan kelebihannya masing-masing, mulai dari harganya yang murah, hingga yang bener-bener mengajukan kualitas.
Gak puas ikut sekali, aku pun mengikuti pelatihan lainnya atas rekomendasi dari dosen. Dengan tingkat basic lagi.  Beberapa bulan sekitar bulan April, kelas dr.Gunawan diadakan lagi di Semarang. Aku pun mengikutinya, tapi kal ini, BCH hanya satu hari (kok cepet banget ya???) Tuing tuing tuing tanda Tanya tetep berada di atas kepalaku hingga aku tiba di TKP. Surprise… dr.Gunawan langsung menyambutku, kemudian diajaknya aku makan. Dasar mahasiswa kampungan, ambil makan sebanyak-banyaknya. Huehehe…
Peserta hari itu adalah terbanyak selama sesi pelatihan, yaitu 3 orang. Aku, satu ibu-ibu, dan satu lagi cewek yang dah kerja, yupz lagi-lagi aku jadi mahasiswa kacang sendirian. Sebenernya materinya memang gak jauh beda ma materi kelasnya dr.Angga kemaren, tapi bagiku ini emang pengulangan biar lebih manteb. Hal-hal yang aku belum mudeng, kini aku semakin paham (thanx doc). Pelatihannya memang satu hari, tapi ternyata akan dilanjut dengan Advance besoknya 1 hari juga. Aku sudah menolak untuk tidak ikut dengan alasan klasik gak punya dana. Tapi pak Eko, tetap memintaku untuk ikut, “Tu gampang entar saja, ikut dulu aja” Bayanganku, “Wah, asyik gratis nih” (Mahasiswa kampong mode on).
Sesi ACH hari berikutnya, ternyata lebih banyak yang datang, ternyata ini para alumni-alumni BCH sebelumnya. Waktu sesi perkenalan, aku bilang dalam hati, “Wuiiih, keren amit nih orang-orang, ada yang dokter spesialis, ada yang penulis buku” akhirnya dengan ke PD-an,aku juga gak mau kalah, “Saya juga lagi mau nulis buku” asli ni aku malu-maluin banget, mau nulis buku apa coba? Ya nulis buku tulis juga gak papa…
Sesi ACH, isinya mung praktik dan praktik, dari teknik satu ke teknik yang lain. Ketika sesi hipno kelompoknya, di sinilah aku berkenalan dengan kalimat, “Because you are the light and the light is you.” Dan kali ini sesuatu banget karena gak ada acara “nyalain lampu.”  Habis tu sesi makan malam, dan di sinilah aku akhirnya diajak ngomong empat mata bersama dr.Gunawan. Beliau cerita mengenai rencana mengadakan regenerasi di IACH, sehingga akan diadakan workshop master sekitar akhir April. Beliau berharap aku ikut, haduuuh piye ya???
Pada sesi  “Siapa yang mau diselesaikan masalahnya?” karena gak ada yang angkat tangan, akhirnya aku sekali lagi PD mengajukan diri. Aku curhat mengenai kehidupanku yang menyedihkan, huhuhu… mpe disuruh prestasiku apa aja, “Tu liat kan perubahan ekspresinya” kata dr.Gun, “aduuh, aku jadi malu”kataku dalam hati.
“Baiklah, mas Imam sekarang rileks, tutup matanya, rileks” ucap dr.Gunawan. Dan beliau sukses buat aku nangis ga berhenti-berhenti. But, satu keuntungan yang aku rasakan adalah aku gak usah ikutan praktek person to person seperti yang lainnya. Huhuhuhu aku nangis gak berhenti-berhenti juga. Yap, akhirnya selese juga ACH pada hari ini.
Aku masih mikir, “ikut Master gak ya?” Aku harus bayar ya? Gak bisa gratis kah? Beberapa kali aku coba calling dr.Gunawan via FB tapi gak ada respon. Hmmm, hingga hampir hari H, aku gak mendapatkan jawaban pasti. Yap, mungkin meang belum rezekiku.
Beberapa hari setelah master itu aku ikut kelas hypnotherapy lagi yang diadakan oleh pak Asep, kali ini di Cirebon, wah deket nih ma kotaku. Sekalian mau Tanya-tanya tentang forgiveness. Akhirnya aku pun ikutan. Aku gak nginep aku laju setiap pagi dengan bus, dan pulang malamnya dengan bus lagi. Materinya memang gak jauh beda lagi meskipun materinya pak Asep terbilang unik bagiku. Hanya saja pesertanya yang bikin aku keki, karena sudah pada berkeluarga, sehingga kada omongannya gak jauh-jauh dari masalah kaya gituan.
But, selama dua hari itu aku menikmati workshopnya, aplagi sudah dua kali aku mengikuti pelathan yang sama, sehingga di workshop ini aku memperhalus apa yang sudah aku dapatkan. Pasca workshop aku sering mraktekin ke adek angkatanku, haduuuh pokoknya gitu banget lah.
Gagal ikut master, aku pun ingin mengikuti NLP yang diadakan oleh dr.Gunawan juga. Dan awal Juli dr.Gunawan ke Semarang lagi mengadakan BCH selama dua hari. Dengan insting gratisku, akhirnya aku pun ikut, itung-itung kompensasi dari BCH satu hari yang dulu. Kali ini aku bersama para dokter sebagai peserta, ada juga sih yang mahasiswa angkatan 2005. Merasa udah pernah mengikuti workshop di 3 orang yang berbeda, aku pun jad orang yang sok tau, cas cis cus. “Jangan percaya ma Faisal” celetuk dr.Gunawan. aku,”Hihihi” hweee malu banget deh aku. BCH kali ini aku sangat menikmati daripada sbelumnya.
Akhir pelatihan, “Kata pak Eko, kamu mau ikut NLP?” “Iya Pak” kataku. “Ya sudah entar email saja” Tak lama kemudian aku pun mengimail dr.Gunawan. Iya beliau memberikan kemudahan untuk aku mengikuti kelas NLP, but ada beberapa syarat yang aku lupa dan aku merasa gak bisa melakukannya. Tapi aku masih berusaha. Seperti biasa, hingga hampir hari H, aku pun tak mendaptkan kesempatan untuk mengikuti kelas NLP dr.Gunawan. huff…
Ya sudahlah, mungkin aku belum saatnya aku bisa mengikuti kelas-kelas dr.Gunawan. Kadang iri juga melihat para alumni IACH master. Kenapa aku gak ikut ya dulu?? Akhirnya keinginanku untuk semakin memperdalam hypnoterapi dan NLP pun sedikit demi sedikit luntur. Aku serasa jadi orang buangan lagi. Huhuhhu
Tapi, aku sedih, karena wilayah kerja ini bukan hanya ditekuni oleh orang-orang psikologi saja. Ada orang-orang dari bidang lain mulai dari teknik, ekonomi, mpe peternakan segala. Mau buat apa coba?? Radionya mau dihpnosis? Ayamnya mau dihipnosis biar ga kalah ma buaya?? Ya tapi bagaimanapun, ilmu psikologi itu ilmu tentang manusia itu sendiri, jadi setiap manusia juga punya hak untuk mempelajarinya. Ya segitulah perjalananku dengan cerita bernama hipnoterapi, ada yang mau aku hypnosis pura-pura jadi bencong???

  

Bunuh Diri

Suatu subuh, aku baru bangun dari tidurku. Benda yang pertama kali aku pegang adalah handphoneku, karena tu henpon yang dah bikin aku terbangun. Aku dapet sms dari temenku dari fakultas teknik. "Adek angkatanmu ada yang bunuh diri ya?" seperti itu smsnya kira-kira. "eh?" aku tak langsung membalas, tapi mengumpulkan nyawaku dulu dan langsung ke belakang (tepatnya kamar mandi) untuk merenung sebentar (bilang aja mau menunaikan tugas suci :p ). "Hmmm, siapa yang bunuh diri? Kok ada ya anak psikologi yang gituan? Aku pikir aku mahasiswa paling stres dan tergalau di kampus. Ternyata masih ada yang lebih stres dan lebih galau dari aku? Huuh, aku tersaingi"
Abis sholat aku sms adek angkatanku yang lain, "Eh, temenmu ada yang suicide ya?" lamaaaa banget aku nunggu balesan ni sms, atau bisa saja dia yang ternyata bunuh diri. Aduh gimana nih? Masa anak cupu kaya dia bunuh diri cuman gara-gara gak dapet jatah makan hari ini? Kemungkinan lan aku mengira ni bocah lagi membuat pulau seperti biasanya. "Se ya Mas, aku ta buat pulau" Wuiiih, dah kaya dia mpe buat pulau segala, tapi gak mungkin gak mungkin. Pulau yang dia maksud adalah ilernya yang menetes sewaktu dia tidur dan membentuk pulau di bantalnya. Ini kemungkinan yang lebih baik. Baru setengah 7 pagi dia bales smsku, "Ga ada Mas?" Huuh? Syukurlah ternyata bukan dia yang bunuh diri.
Sore hari aku dapet tagan dari temenku di facebook, yang ternyata berisi tentang kabar berita itu. "Oh ini ternyata tho?" Setelah aku baca ternyata masalah keluarga, ada sesuatu dengan ibunya. Setelah itu aku baru memesej via FB  temenku yang sms pagi-pagi buta itu. "Ternyata bukan anak psikonya tapi pacarnya" "Iya, padahal pacarnya anak psikologi?" aku gak mau menjawab ini, haha
Beberapa hari kemudian aku bertemu dengan beberapa temen dari fakultas lain sedang mebicarakan hal tersebut. 
"Bukan, beneran aitu anak psikologi yang bunuh diri"
"Eh, bukan yo, tu pacarnya"
"Kata temenku anak psikologi"
"Bukan, coba tanya Faisal"
"Iya pacarnya"
baru pada diem. Beberapa hari ke depannya lagi, aku bercerita tentang adek kelasku yang pembuat pulau itu, namanya Zaldi. "Bukan Mas, yang dimaksud ibu itu pacarnya" "Ooooh" Haduh masalah cinta. Emang dari dulu cinta selalu membuat kerjutan. Aku kadang sering membayangkan aku mati klo lagi dapat masalah besar, terutaa yang satu itu. Tapi, matiku ingin lebih elit, ga pake bunuh diri-bunuh dirian. Matiku karena tertabrak mobil, jatuh dari pesawat, dibunuh, atau sakit sekarat. Ga pake acara gantung diri pake pohon cabe.
Kadang orang yang berharap mati ketika ditimpa banyak masalah, merasa ingin mendapatkan perhatian. Bahwa orang-orang akan menyesali perbuatannya jika dia mati. Semua orang ingin diperhatikan. Semua orang ingin dihargai eksistensinya sebagai manusia. Tapi, memilih untuk bunuh diri bukanlah cara yang elegan. Meskipun di beberapa kebudayaan bunuh diri merupakan sesuatu yang lebih terhormat. Baiklah itu masalah kebudayaan. Tetapi, jika kemudian sebagai rang yang mengakui beradaan Tuhan, sepertinya sangat konyol klo memilih bunuh diri.
Bagi orang yang berkeinginan untuk bunuh diri cobalah lakukan cara bunh diri yang lebih konyol, seperti gantung diri di pohon ketimun, ganti baygon dengan minyak goreng, yang mau terjun ke sungai gantilah dengan terjun ke selokan, yang mau ditabrak kereta api gantilah untuk ditabrak odong-odong. Sepertinya itu jauh lebih baik. 
Sekali lagi pikirkanlah lebih jauh mengenai hal ini. Apalagi klo hanya karena cinta sesama manusia. Asli ga elit banget. Aku pernah merasa galau karena masalah cinta kaya gitu, serasa dunia kaya hampa banget. Iya, emang rasanya pengen matiii aja. Beruntunglah aku diajak bertamasya ke Rumah Sakit Jiwa selama 17 hari. Di situlah ternyata aku belajar banyak mengenai makna cinta. Banyak pecinta-pecinta yang hidupnya berakhir menjadi pasien di RSJ itu. Masing-masing dari kita masih punya masa depan, tapi kadang masa depan itu kita bunuh sendiri melalui pikiran kita. Jangan hanya karena cinta pada lawan jenis yang terkadang belum tentu jadi pendamping hidup kita, kita malah membunuh masa depan kita.
Mengenai hal ini aku jadi teringat film yang belu aku tonton, berjudul Patch Adams. Orang yang sempet mengalami depresi kemudian masuk ke RSJ, dan sama belajar mengenai makna akan sesuatu di sana. Kemudian dia mengambil ilmu kedokteran yang berinovasi mengenai suatu pengbatan dengan tertawa. Yapz, pasti ada sesuatu, pasti ada hal lain di balik apa yang terjadi. Untuk mereka yang terlibat dalam bunuh diri seseorang, bersabarlah, belajar untuk memaafkan diri sendiri dan memohon yang terbaik dari Tuhan.

Jumat, 21 Oktober 2011

Trauma Kereta Alay

Hwaaa, semalem habis ujan-ujanan ma Amin bis makan mie ayam, dan bajuku akhirnya sukses basah kuyup semua. Berhubung aku berpikir efisien so,celanaku aku jemur untuk aku pakai besok pagi ajah. haha Keren Boy, ujan-ujanannya... ^^b
Tadinya sabtu ini aku mau pulang lagi pagi-pagi ini, abis itu turun di Pacific Mall makan (apa minum ya?) Es Teller 77, maen-maen baru klo dah sore aku baru balik ke rumah. But, sepertinya gak jadi, coz 'dipaksa' ma MG (Mba Ganda) buat direbus sambil bawa panci (aku sebut ini Tragedi Teko Berujung Maut), hahaha... Aku gak terima ma Ririn (adek angkatan 2009-ku) yang bilang katane mau makan-makan ma MG sambil acara"kader-kaderan gitu dech", dan nyatanya aku yang akan direbus, dan parahnya aku suruh ngomong ntar dihadapan adek-adekku yang masih lugu-lugu itu. Ah, ngomong apa ya? cerita Harry Potter aja kali ya???
Sepertinya aku harus mengundur acara pulangku, semalem aku SMS-an ma Apri (temanku sespesies ujung kulon jawa tengah sana), nanyain tentang Kereta Api bernama Kaligung Ekonomi, terakhir aku tau, tu kereta harusnya sudah beroperasi sekarang pasaca Lebaran, tapi hampir sekarang gak ada kabar. (klo smsku terkesan normal, dan Apri terkesan alay, bukan berarti aku lebih normal, hanya saja henponku gak bisa nyimpen smsku yang telah terkirim, jadi aku tulis di sini smsku yang seingetku aja) ^^v
Aku : nanya dong, Kaligung Ekonomi beneran dah gak ada ya?
Apri : Dlu pas sptmbr, blgx b'operasi lg okt, ni dh okt, dgr2 bru nov b'oprasi lg... oiy,yg bsns it ketoe skrg d btasi kuota pnumpangx...
Aku : Bisnis?? Kereta Alay itu?
Apri : Eh? Alay sblh manax? wkwk...
Aku : Iyalah, sekarang keretanya aja gak lebih bagus dari ekonomi?? tapi, masih dipaksain berkelas bisnis? Ni kaya anak alay yang 'kampungan' tapi maksain gayanya biar keren. Lebih baik aku naik ekonominya aja. Ya itu bcandaanku ma sepupuku aja. Bukan mau nyindir fans-nya. hihi --v
Apri : haha, emang bgtu adax, sya jg mengakuiny,,, :D emang ekonomijaya bgt... naek yg bisnis kaligungmas dunxit bru joss, tp cm1gerbong,,, :D 
Aku : hah?? 1 gerbong?? kereta apa lagi ni? bukane sendiri-sendiri ya?
Apri : It, krta bisnis jlnx gandeng ma gerbong eksekutif kaligung mas,,, cm 2,5jam smrg-tgl, nyaman (klo g penuh)... eh g 1ding, dua gerbong :D
Aku : Jangan-jangan tu kereta eksekutif warna ijo yang aku liat waktu nongkrong di Bandara (elit banget ya pake nongkrong di Bandara?). Kereta ni tambah alay lama2 aku ga naek??
Apri : Hus sembarangan... yg ijo yg km liat it brti mang KALIGUNG bisnis, nah yg q maksud, beda lg, it sbnrx jdwal eksekutif ac KALIGUNG MAS tp dtmbhn gerbong bisnis beneran (bkn yg alay), non ac... d jajal ae, maknyus g pke brenti2 d bandara ap lg d tgah sawah... :D
Aku : Ah, udah ah tambah geli aku membayangkannta...
Apri : Jgn d bayangkan, imajinasimu terlalu tinggi, repot... :D
Kaligung Alay Sedang Melaju di Depan Bandara A.yani

Setelah ini sepertinya aku gak jadi naik kereta tu ntar klo pulang. Bener kata Apri, imajinasiku terlalu tinggi. Aku  akan lebih gak kuat lagi klo ternyata tu Kaligung, Alay beneran. Keretanya pake Poni, kaca depannya pake kacamata gede. Da tulisan QaLy9unk exprezzzz. Tiketnya
4lu, leh knln ga?
no.qursy u : 4Cakep
gErbOn9x : 2 sweet
CeLam4t men1km4ti
Muaaah
Xixixixi
AAAAARRRRGGGHHHH......
Tulisan ini bukan bermaksud menyindir, klo ada pihak-pihak yang terkait. Hanya saja, ini curaha hatiku (ce ileee), curahan hati seorang pelanggan Kaligung itu yang kini Trauma untuk berpergian  antara Semarang-Tegal atau sebaliknya dengan kereta itu. Sehingga sekarang pelanggannya (yaitu aku) memilih menggunakan bus, yang notabenenya agak mahal dikit, tapi sangat nyaman.
Iya Trauma, soalnya waktu itu (entah kapan aku lupa?) aku berniat pulang ke rumah dari perantauanku di Semarang. Seperti biasa aku menggunakan Kaligung Bisnis sore. Dan kebetulan ternyata aku sekuris dengan teman SMAku yang kuliah di UNNES. Awal keberangkatan sih gak ada masalah. Aku sudah kontak ayahku buat jemput di stasiun Tegal. Ya perjalanan awal dan tangah sampai Pekalongan pun lancar, seperti biasanya.
Namun, setelah mau masuk ke Pemalang tu kereta tiba-tiba berhenti. Aku kira ada kereta mau lewat. Tapi kok lama banget gak jalan-jalan ya? Ini aneh. Dan bener saja ternyata BAN KERETANYA BOCOOOR... Ya gak lah.. lebih tepatnya lokomotifnya mati. Huhuhu... padahal itu dah malem sekitar jam 6an gitulah. Samping kanan dan kiri yang dilihat cuman sawaaaah semua. Aduh, klo tiba-tiba ada perompak gimana ya? dan kita disandera??? (ni terlalu berlebihan)
Ya sudah akhirnya aku dan penumpang lain harus menunggu, sedangkan ayahku sudah berkali-kali mengontak aku. Aku lihat jam, ternyata sudah jam 9 malem, aku ulangi JAM 9 MALAAAM. Gila... apa perlu ni kereta kita dorong aja ya?? Tak berapa lama kemudian ada loko datang dan membawa kereta naas itu. Tapi gak jauh, hanya sampai stasiun terdekat saja. Dan kami harus menunggu lagi. Aduh seharusnya jam 7 tadi kami sudah sampai di tegal. Sekarang???
Aku udah mulai boring dan pasrah apa yang akan terjadi. Dan betul saja ternyata jam 10an kereta itu diderek lagi pakai loko lainnya. Dan hampir jam 11 kami baru sampai di Stasiun Tegal. huhuhuhu ...  Bayangin aja, jam 5 sore mpe 11 malem??? Gimana aku gak stresss??? 
Itu terakhir aku menggunakan jasa Kaligung Alay itu, meskipun seingetku aku pernah mencoba mengatasi hal itu, yaitu traumaku, tapi belum ada efek berarti.
Seperti sebelum  Ramadhan kemaren, ibuku akhirnya berhasil meyakinkan aku untuk menggunakan Kaligung lagi ke semarang, "Coba yang Ekonomi, enak kok keretanya, bagus lagi" iya sich emang bagus keretanya. Aku pernah liat waktu nganter ibu atau teman di waktu yang lain. Baiklah, aku pun luluh dan mengantri di stasiun Slawi. 

Antriannya lumayan panjang, sambil celingak-celinguk gitu, tiba-tiba aku dikejutkan makhluk yang sudah tidak asing bagiku. Yekti, adek angkatan 2007-ku, "Mas, nitip dong!!!" sambil meringis. Ni gak ada basa-basi, ga ada apa-apa, kaya Preman aja langsung, "Mas, nitip dong."
Di dalam kereta setelah keretanya dateng, aku bingung karena di tiket tertulis gerbong 1. Karena dalam benakku, masih tertanam kuat Kaligung Alay itu. Aku dengan keluguanku dengan instingku langsung menuju ke gerbong paling depan. Dan ternyata penuh, hmmm, tapi kayaknya gerbong sebelah masih lenggang. Akhirnya aku pun langsung dapat tempat duduk. Tempat duduknya kaya Busway gitu dech. Tapi..., masih ada perasaan gak tenang, karena tulisan gerbong 1 itu. Aku pun sms Yekti, yang entah di mana?
"Ni kereta duduknya bebas kan??? hehe.. aku dah lama ga naek kereta"
lama banget dia bales, dan aku akhirnya menemukan dia ddi gerbong belakang gerbongku, dia lagi asyik baca Novel. Hufff... baru 1 jam kemudian dia bales, "Sorry, gak tau ada sms, ita bebas, keep enjoy...:)"
Keep enjoy apaan??? aku dari tadi tu takut banget tau. Kali aja diusir
Petugas : Mas, gerbong berapa?
Aku : Gerbong 1, Pak
Petugas : Ini gerbong 2, mohon pindah ke Gerbong Anda.
huhuhuhu TT
Sumpah aku parno banget padahal sudah jelas itu kaligung Ekonomi, bukan bisnis (alay maksudku) ataupun eksekutif.
Kaligung Ekonomi

Perjalanan waktu itu cukup menyenangkan, meskipun panas dan ternyata gerbongnya penuh dengan penumpang berdesakan. Kali ini aku memaklumi karena ini kereta ekonomi. Daripada kereta alay, yang sudah bisnis tapi masih aja ada orang bergelantungan di pintu atau berkelekaran di lantai... huhuhuh. Padahal aku gak pernah bermasalah dengan kereta Api lain, seperti ketika aku ke jakarta dan menggunakan Cireks (Cirebon Ekspres).

Cireks naik dari Brebes bisa

Setelah aku seamat dari acara perebusanku pake panci oleh MG (umpamakan aja dia kaya nenek sihir ^^v) aku pun langsung melaju ke agen Nusantara (dengan sebelumnya berkejar-kejaran dengan Bocah Lucu (Baca : Amal (adek angkatan 2008-ku)) dan aku berhasil melarikan diri dari dia dengan menuju kuburan) yang ada di Tempat Lokalisasi PSK Sunan Kuning, lho? hehe beneran soale agen Nusantara tuh deket ma tu tempat. Akhirnya aku bisa pulang lagi, meskipun gak jadi naik kereta, tapi pake bus seperti biasa. Nusantara, busnya enak dapet minum lagi sebotol. Mahal dikit gak papa lah, yang penting aku bisa tidur nyenyak. But, ada satu masalah juga klo aku pake bus, aku masih sering mabok (bukan karena miras ya) klo naek kendaraan yang jalan di jalan raya. Aku belum bisa meninggalkan dopingku, yaitu ANTIMO. Ya meskipun aku tertidur, tapi ketika sampe paling ga udah suegerr.
Banyak kenangan aku dan kereta alay itu. Seperti bertemu teman-teman lama semasa SMA, SMP, guru SD, teman-teman sekampus (termasuk Apri, yang waktu itu ketemu ge telpon terus cuman dadah-dadah doang, abis itu nelpon lagi, huhuhu aku dicuekin). Juga ketemu ma kejadian-kejadian unik kaya orang salah naik kereta (harusnya ke Pekalongan, tapi malah naiknya ke Solo, emang sih kereta ke Solo juga sama alaynya).
Baiklah, Ntar Pri dan kawand-kawandku semua aku akan mengatasi traumaku ini setelah lulus nanti, do'akan ya ... Jeng Jeng Jeng. Sekarang kata Apri, Kaligung alay itu dibatasi untuk 30 penumpang, penumpang harus diaudisi terlebih dahulu untuk dapat menaikinya. hmmm, kaya Indonesian Odol aja ya? Setidaknya aku masih lebih baik daripada teman-temanku yang seumur hidup belum pernah merasakan yang namanya naik kereta Api, kaya Amin.hehe

Klo Amin baca ini, aku ingin berpesan, "Min, itu yang namanya kereta" wkwkwk

Naik Kereta Alay tut tut tut
Siapa hendak naik...

Listen you on the next




Kamis, 20 Oktober 2011

Bimbingan Oh Bimbingan

Tara... ola... Wah, aku bisa up date nich, ni lagi si internet perpus. Hahaha... mumpung gratis dan bapak penjaganya baek. Tau gak padahal udah sejak dari jam 8 pagi mpe jam 11 dan dilanjut lagi jam 2 , dan aku masih betah ngenet di sini. Ah, bodo amat (Zy-Zy aku selingkuh dulu ya...hahha). Bapak penjaganya dah kenal aku jadi masih membiarkan macan kampus kaya aku menggunakan fasilitas umum ini. Mulai dari bikin kesel temen pengguna lain, karena kompiku yang sebagai server mati mendadag, so yang lain ikutan mak-jleb gtu. Teriakan "Huuuuuuu" pun aku terima ...
Okay, aku numpang ngerjain skripsiku di sini karena si Zy-Zy aku tinggal di rumah. Ya masih acak adul sich tapi alhamdulillah, dah mpe bisa kerjain BAB I, II, III. Tadi abis bimbingan ma bu EKD. Nunggunya lumayan lama banget, padahal janjinya abis dzuhur, ya gak papa lah. Nasehat dari seniorku, mba Pipit masih membakar semangatku (Lebih baik nunggu daripada kita nunggu lebih lama lagi di lain waktu). Ya, nunggu dosbingg itu sudah hal yang biasa bagi mahasiswa SKRIPSI. Bukannya hidup juga menunggu kawand??? Tinggal apa yang bisa kita lakukan dalam waktu menunggu itu.
Dari tadi tu ibunya bolak-balik terus, masih ada rapat, terus keluar dan pergi entah ke mana. Aku dan beberapa mahasiswa lain jug nunggu dengan manisnya di depan. Ada yang sambil nunggu ngeliatin video kucing dilindes (kejem banget), aku sendiri seperti biasa... ngupil...haha...enak Bro ... ^^b Gak berapa lama, bu EKD muncul dan memanggil aku, yes aku bisa bimbingan duluan....
Di dalem seperti biasa, skripsiku dari BAB I, mpe III dikomentarin (ya iyalah namanya juga bimbingan?), BAB I, kurang deskriptip contoh kasus, ma ketertarikan, ma rumusan masalahnya. BAB II, dinamika alur penelitiannya masih salah. BAB III, kriteria subjeknya masih gak pas. Mudeng gak? Aku ngomongin apaan??? Ya sudahlah, intinya tu aku laper sekarang. Ini ada cuplikan diskusiku ma dosbingku tercinta.

Bu EKD : Iya jadi pemaknaan kesakitan seseorang itu memiliki beberapa faktor yang melatarbelakangi, misalnya pendidikannya, agamanya, budayanya
Aku : Oh gitu ya Bu?
Bu EKD : (Dieeeem)
Aku : (Celingak-celinguk)
Bu EKD : (Masih Diem sambil memejamkan mata)
Aku : (Hwaaa, ibunya tidur)
Bu EKD : (Bangun), iya jadi gitu, tapi saya belum nemu referensinya, ni dinamikamu juga masih kurang... Ma refrensimu juga masih jadulu semua, yang lebih baru kan ada
Wah, aku kasian ma Ibue, kayanya lelah banget , abis pulang dari Malang kata beliau. Ya sudahlah gak papa... Nanti bimbingan lagi... tapi saat ini aku pengen pulang lagi... hahaha

Oya, hari ini aku liat pamflet diskusi, "Teroris Masuk Kampus" entah, kenapa aku liat temanya aku pengen maen petak umpet??? 

Jitak You Letter...^^