Minggu, 30 Oktober 2011

Kuliah Apaan nih?

Awal mula kuliah di psikologi, mata kuliah yang pertama kali aku pelajari adalah Antropologi. Di psikologi, tidak hanya mata kuliah tentang ke-psikologian yang dipelajari, tapi ilmu-ilmu lain yang berkaitan juga dipelajari seperti Sosiologi, Filsafat maupun kuliah penunjang lainnya seperti Pendidikan Agama, Bahasa Inggris, sampe kewarganegaraan ma pancasila juga dipelajari. Jadi jangan dipikir lulus SMA bahagia banget dah gak ketemu ma UUD 1945, justru semakin diperdalam. Ujiannya lisan lagi, aku sempet harus ngulang dua kali. Huuf… semuanya merupakan pondasi dalam wawasan ilmu psikologi.
Nah, kuliah Antropologiku ini sangat menyenangkan. Aku dan beberapa temen yang aslinya berasal dari IPA, cenderung cukup bingung untuk mengikuti. Bagaimana harus mengenal apa itu kebudayaan dan kawan-kawannya? Sampai harus buat paper mengenai desa tempat tinggalnya. Asyik banget akhirnya aku bisa memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana asal-usul desaku.
Yang unik dari kuliah Antropologi adalah pak dosennya. Dosennya unik banget, udah sepuh tapi wejangan-wejangannya sangat berarti bagi mahasiswanya. Filosofi hidupnya pun begitu bulu kuduk merinding disko. Misalnya bagaimana filosofinya terhadap perempuan? Perempuan baik dia jelek atau cantik itu sama saja kalo lampu kamar dimatiin.
Suatu saat di kuliah, “Kalian tau ga rambut di bawah hidung itu apaan?”
“Kumis” Jawab mahasiswa serentak
“Klo di sini” sambil nunjuk dagu
“Jenggot”
“Nah kalau di kelamin?”
Buset ni kuliah apaan?
Mahasiswa cuman hening, aku yakin mereka itu tau hanya saja tidak mau ngomong. Tabu banget untuk dibicarakan.
“Masa ga tau? Ya sudah namanya J****t, sekarang kalian tau ga? Klo yang di P*n**t tu apa namanya??”
Aaaaarrrggghh, apaan nih kuliah? Kali in beneran aku gak tau. Yang tau pun aku yakin akan sangat malu untuk menjawab.
“Ayo, ga ada yang tau?? Ta kasih kata kuncinya depannya huruf C. Ada yang tau?”
AKu geleng-geleng kepala
“Ya sudah huruf terakhirnya T, ada yang inget?”
“…..”
“Ah, gimana sih kalian ini?” beliau kemudian menuliskannya di whiteboard besar-besar CIWET. Aku yakin di antara pembaca banyak yang belum tau, jadi aku tuliskan saja.
“Ooooh”
Aku mengenal kepanjangan dari KNPI juga dari si bapak. Bukan, bukan KNPI lembaga kepemudaan itu. Tapi Kissing, Nepping, Putting, Intercorse. Ah, bodo amat apakah dengan aku menjawab, nilaiku akan menjadi A? Atau apakah ini akan menjadi soal di ujian mata kuliah Antropologi nanti?
Di waktu lain, temenku cewek yang agak gemukan juga ada yang pernah ditanya,
“Mba, kamu masih perawan?”
Aaaa, apa urusannya???
Lebih aneh lagi klo waktu ujian. Soalnya itu bikin aku tertidur di waktu ujian. Bukannya saking mudahnya, tapi saking banyaknya dan harus sesuai dengan buku teks. Gimana aku ga stress?? Harus ngapalin satu-satu gitu. Uniknya si bapak ini, klo mahasiswanya lagi ujian, suka ditinggal keluar ruangan. Sontak aja beberapa mahasiswa jadi kesenangan dan mulai melancarkan aksi mereka masing-masing. AKu yang kebetulan mendapatkan bangku ujian di belakang, secara tak sengaja menemukan sebuah wajah yang tiba-tiba terlihat di balik kaca ruangan. Si Bapak ternyata mengintip dari luar. Hwahaha, ada-ada saja ni si Bapak.
Secara personal aku sering mendapatkan wejangan dari si Bapak. Terutama wejangan untuk memilih jodoh yang benar dan bagaimana melakukan intercource yang baik. Seperti misalnya suatu ketika aku di mengikuti sebuah acara di kota Malang. Pagi-pagi berniat untuk cari udara segar, eh malah ketemu si bapak.
"Lagi, ngapain?"
"Lagi cari udara segara aja, pak"
"Tadi saya habis jalan-jalan, eh Anda sudah menikah ya?" ga tau tiba-tiba saja pembicaraan menjadi ke arah seperti ini, dan aku sepertinya sudah tau alur pembicaraan ini akan ke mana?
"Eh, belum pak"
"Ah, masa?"
"beneran pak"
"Gini, klo nanti Anda menikah, lebih baik Anda ga usah milih pekerjaan yang berat-berat, pilih kerjaan yang membuat Anda lebih lama di rumah. Pengalaman saya itu lebih enak karena bisa berduaan dengan istri"
"...."
"Waktu saya pertama kali nikah, juga gitu. Berduaan dengan istri di rumah. Uh, rasanya enak banget" sambil ngacungin jempol
",,,,"
"Saya pertama kali nikah ..." obrolan berikutnya berisi hal-hal tabu tentang tips-tips melakukan hubungan suami istri, bukannya gak mau berbagi tapi lamanya itu lho yang aku cape ngetik, hwehehe
"Ni, nanti klo Anda masih di Semarang, terus ketemu saya, Anda akan saya tagih"
"Tagih apa, Pak?"
"Eh, Anda kuat berapa lama??"
Hwaaaa, gubrag-gubrag, klo gitu aku ga mau tinggal di Semarang lagi nanti klo dah punya istri.
Tapi, bentar lagi beliau mau pensiun, aku dan teman-teman sering bicarain beliau. Tentang cerita-cerita lucunya dan wejangan-wejangan khasnya.
"Klo habis ngelakuin gituan, bagi yang laki-laki Anda harus bilang terima kasih ke istri Anda, "Terima Kasih, kamu memang luar biasa""
Aduh, kita bakalan kangen sama si bapak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar