Minggu, 22 September 2013

Kost Seru GT5 (Gondang Timur 5)

"Mas," Sapa seorang pemuda yang sedang membonceng temannya, ketika aku sedang menunggu antrian bensin di Pom Bensin UNDIP-Tembalang. Rasanya aku kenal, tapi aku agak lupa. Ah, iya, aku tau, Tyo, temen kostku dulu, dan si pengendara motor adalah Pendi.
"Hai, apa kabar?" Sambil menyalami Tyo dan Pendi.
"Baik, Mas, sekarang di mana Mas?" Tanya Tyo
"Apanya?"
"Kostnya?"
"Oh, ada dua, di Semarang sama di Jogja,"
"Di Semarang di mana?" Tanya Tyo dengan ekspresi yang agak datar, masih sama seperti dulu, ahaha..
"Di Ngesrep, ini dari mana?"
"Dari ngisi bensin, mau pulang, mau nonton sepak bola," Mereka pun kembali ke sepeda motor mereka, hendak pergi.
"Aku pengin main ke sana,"
"Mainlah," Suara Tyo yang kali ini terlihat girang.
"Iya nanti ya,"

Semenjak S1 di Universitas Diponegoro, aku kost di jl.Gondang Timur II No.5 Bulusan - Tembalang (Wuih masih apal nih aku). Tepatnya kost di rumah ibu Wakiyah dan bapak (aduh aku lupa nih, nama bapak kost, parah!!!). Entah, bagaimana mahasiswa bisa menemukan kost terpencil yang agak jauh dari kampus ini? Tapi nasib mempertemukan kami di sini.
Aku sendiri dicarikan Pakdheku, yang memang dosen di UNDIP. Melalui mahasiswanya, ditemukanlah kost ini. Masuk ke kost ini, aku sendirian sebagai mahasiswa baru, meskipun kemudian ada Danis dan Bagus yang menjadi kawanku kemudian sebagai junior. Awal mula kost di sini pun, aku lebih sering mengurung diri, malu. Tapi, mas Adi dari Jakarta, yang ngeledek aku, "Sini dong, masa di dalam terus? Ngobrol," Kata dia sambil mengepul rokoknya, sejak saat itu aku perlahan berani keluar dari kamarku.
Aku bangaa bagi teman-temanku yang bisa nemuin kostku, hanya bermodal alamat formal yang aku kasih, hanya satu dua orang saja, selebihnya tersasar entah ke mana? Makanya kadang kalo pada mau ke kostku, ta minta nunggu di mana, ntar aku jemput. Soalnya tempatnya di antara belantara gitu deh, (Gak)
Waktu itu juga ada seniorku di Psikologi, itulah salah satu yang membuat aku menerima untuk kost di sini, namanya mas Nasrul, asli Jepara, angkatan 2005, meskipun menjelang lulus atau semasa skripsi, dia lebih memilih untuk melaju antara Semarang dan Jepara. Ada juga mas Beni asli Lombok, meskipun orangnya kadang suka aneh-anehan (misalnya mencoba bunuh diri karena liat temen ceweknya sama temen cowoknya) tapi dia orang yang baik hati, semasa aku belum punya laptop, dia meminjamkannya ke aku. tapi si galau itu kini udah nikah dan punya anak, Saya kapan ya --a.
Ada juga mas Riqi, biar muka garang tapi sukanya guyon. Ada mas Kacang, mas Chiko, Mas Diar, Mas Aldino, mas Dwi, mas Vidi, sape lagi ya? ya itu mereka awal-awal aku ada di situ. Generasi selanjutnya, selalu berganti wajah, dan orang, yang pastiny tambah seru. Terakhir aku tinggalin, ada Dipo yang berbedan gede, tapi berhati romantis (ahihihi), Gunawan (si Omku nih yang agak culun gituh, tapi rasa ingin taunya gede banget), ada Tyo ma si pendekar Tohar, Lingga (yang kadang telat nyambungnya kalo guyon), Wahyu (yaaaaaang .....), Indra (si junior), Bang ALi, Adi, Ucup, Bang Eko, Bang Mesum (Bang Adi), Bang (sape tuh sebelah kamarku yang suka mengeluarkan suara-suara anehnya di saat galau, hihi Bang Indra). Dan banyak sekali nama yang pernah menjadi penghuni kost GT5, sebutan kami untuk kost kami tercinta Gondang Timur 5.
Banyak hal seru yang kami rasakan selama kost di sini, pertama yang jelas adalah si bu kost, bu Wakiyah. Sebagai jenderal di kost ini, bu kost itu orangnya cerewet. Terutama pada anak kost yang telat bayar, suka nyimpen cewek di kost, atau yang gak nurut ama bu kost. Layaknya seorang ibu kost, maka bu Wakiyah emang hobi "ceramah" kalo ada anak kostnya yang mbandel. Biasanya pagi-pagi tuh bu kost akan "kuliah subuh". Tapi bu kost itu orangnya baik, suka ngasih jajan, makanan buat anak kost. Dan itulah yang mempersatukan kami semua (hahahaha).
Kami hobi makan bareng di kost, terutama kalo ada yang ulang tahun, ada yang mau selamtean apa gitu, musim idul adha, atau apalah gitu, yang jelas adat makan-makan kost itu wajib. Dulu anak kost GT5 lebih suka makan bareng di warung mana gitu, tapi sekarang lebih suka makan bareng di kost. kedua adalah futsalan, ini aku no comment, coz gak pernah ikut, hiihihi Ama kadang klo ge musim kemarau, kita harus iriiiiiiit banget make air, sampe dulu aku pernah cerita di blog ini gila-gilaan gak mandi.
Tapi, bagaimanapun menderitanya kami di kost GT5, entah bagaimana ceritanya masih sajaaa ada yang yang bertahan. dan jujur, aku kangen pengin ke sana lagi. hehehe Rasanya hampa aku di sini, kost baruku lebih nyaman sih tapi, gak serame GT5 persatuannya. GudLak ya Mas Bro, semoga lulus semua gak ada yang di-DO, aamiin

Sabtu, 07 September 2013

Welcome To The New World

"Cepet selesaikan S1 kalian, karena kehidupan sebenarnya dimulai sejak kaliah lulus dari S1," kira-kira itu pesan dari pak Akung, dosenku ketika aku masih bergalau ria dengan skripsi-ku. Aku pikir SKRIPSI adalah fase yang paling membuat galau, ternyata setelah lulus S1 itulah kehidupan yang sebenarnya dimulai. Kehidupan yang secara ideal seharusnya kita tidak lagi bergantung pada orang tua kita, kehidupan di mana kita sudah seharusnya memulai kehidupan kita sendiri. Jauh lebih galau daripada sekedar berpusing ria dengan skripsi.
"Setelah kamu lulus sarjana, kamu mau ngapain Ed?" Kataku ke Ediwan, pagi tadi ketika kami menunggu motorku dipasangi lampu baru setelah selama ini mati.
"Kursus,"
"Kursus apa?"
"Renang, Nyetir,"
"Apa? Ngetik?" Jujur aku sebenarnya takjub jika ternyata seorang Ediwan mau kursus ngetik, tapi ternyata aku salah dengar.
"Nyetir, Sal,"
"Owh, nyetir,"
"Setelah kursus, mau ngapain?"
Ediwan pun terdiam, tatapannya mencoba mencari masa depannya, suranya yang biasanya terlihat ceria dan tegas, terdengar samar, mengatakan, "Belum tau, Cal,"
"Tiba-tiba aku merasakan Ed, bahwa skripsi bukanlah hal yang paling menggalaukan dalam fase kehidupan kita ini, tapi, ternyata justru kehidupan setelah kita jadi sarjana itulah yang lebih menggalaukan,"
"Iya, Cal, karena step ketika kita masih S1 masih jelas, sedangkan fase ini justru gak jelas," Kata Ediwan,"Hehe, bangun tidur, pacaran, ternyata semua itu mimpi, kaya di facebookmu itu,"
"Hehe, iya ini seperti mimpi, jadi selama kita kuliah itu, kita bermimpi ya? Aku jadi inget kata-kata pak Akung, 'cepat selesaikan S1 kalian, karena kehidupan sebenarnya dimulai setelah kalian lulus',"
"Kaya kata Agung dong,"
"Agung, 'Welcome to the new world',"
"Sama aja," Kami pun kembali dalam tatapan kosong kami di layar televisi di ruang tunggu yang sedang menayangkan program Kuliner, dan sedang mengambil setting di Jogja.
Ketika kita terbangun dari mimpi, kita pun sadar bahwa ternyata dunia nyata itu begitu aneh. Kita telah nyaman dengan dunia mimpi kita selama S1. Perlahan aku merindukan masa lalu, masa ketika kami di S1 masih disibukan oleh tugas, kegiatan, hingga gosip-gosip nggak jelas yang bermunculan.
Orang-orang di sekitar kita terus saja meyakinkan kita bahwa kita telah terbangun dari mimpi, dan menyadarkan kita untuk memulai kehidupan ini. "Sudah ngelamar kerja di mana?" atau "Sudah kerja di mana?" atau apalah. Bagi mereka yang kemudian memilih kuliah lagi, aku sebut sebagai "mereka yang masih ingin bermimpi lagi," tapi jelas berbeda dengan bermimpi ketika S1. Bermimpi ketika S2, kita seperti orang yang berjalan sambil tidur, karena di satu sisi tertidur, di sisi lain sadar untuk melakukan sesuatu, jadi ada yang kemudian menyambi bekerja. Yeah, ini tak mutlak bagiku.

Aku menyusuri lagi jalan-jalan di kota Semarang bersama Ediwan, setelah service lampuku usai. Melewati Festival Banjir Kanal yang telah penuh sesak dengan para pengunjung, dan perahu-perahu hias yang mengambang di atas sungai. Beberapa orang pun sepertinya sedang mempersiapkan kembang api untuk nanti malam. Betapa romantisnya nanti malam, pikirku, tapi aku sudah harus kembali ke Jogja menjelang sore ini. Kami melewati tugu Soeharto yang seumur aku di Semarang, baru kali ini melewatinya.
Tugu Soeharto, tempat pak Harto dulu bersemdi and kungkum
Setelah sarapan pagi dengan nasi Kebuli di daerah Poncol, dan service lampu, serta berkeliling ria, aku pun meninggalkan Ediwan sendirian lagi di Semarang di rumahnya. Aku sendiri kembali menyusuri jalanan Semarang yang ingin aku lewati, terutama kawasan Candi Golf. Tek, tiba-tiba memoryku terbawa pada masa-masa lalu ketika aku, Ediwan, dan Agung melewati daerah ini untuk melewati minggu yang pagi itu tidak begitu cerah. Kisah waktu itu, bisa dilihat di sini. Malamnya kami menonton Pirates Caribean 4 di E-Plaza berempat, aku, Eed, Agung, ma Amin. Ah, masa-masa itu, sepertinya jadi masa terakhir kami melewati kebersamaan, karena setelah itu Agung mulai sibuk dengan kerja di Yamaha hingga dikirim ke luar Jawa dan sekarang berada di Cirebon.

Aku pun menysuri UNDIP yang sepi di hari minggu, hanya ada segelintir mahasiswa yang masih terlihat bersantai ataupun sedang melakukan kegiatan organisasi. "Yeah, inilah dunia mimpi itu," pikirku ketika masih mengendarai motorku. Pikiranku pun terbawa ketika masa-masa kuliah S1. Aku mulai merancang sesuatu untuk aku kunjungi lagi jika nanti ke Semarang lagi.

"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam, bisa Mam, tapi Imam harus ngirim foto sama KTP, nanti biar diurus sama mamah kartu kuningnya," Kata mamah meneleponku tadi pagi ketika aku dan Ediwan menyantap nasi kebuli favorit kami.
"Iya nanti aku email ke De ILham,"
"Semoga rezekimu ya,"
"Aamiin,"
"Mau ngapain Cal, dengan kartu kuning?" kata Ediwan yang aku balas dengan senyum," Dapat pelanggaran ya?"
"Hehehe,"

Masih terus berkecamuk dalam pikiranku tentang masa depanku, bagi sebagian orang, mimpinya telah tercapai, tapi bagiku, aku masih berusaha mencapai mimpiku itu, meskipun dengan segala kekuranganku. Sambil aku belajar bersabar dan bersyukur, serta berusaha bangun dari Sleep Paralysisku ini.

(8 September 2013, My Kost in Semarang, sambil denger Adelaide Sky-nya Adhitia Sofyan)

Saatnya kembali ke Jogja, saatnya kembali tidur dan bermimpi lagi.



Putus, nyambung lagi ... ^^b

Asli, gak tega buat pensiunin blog ini, secara dah kaya separuh hatiku. heuheuheu ... Aku butuh temen yang bisa diajak cerita, diajak curcol diajak main panco, main poker, dsb. So, akhirnya aku memutuskan untuk kembali menulis di blog ini lagi, hahahaha *Bergaya seperti Pahlawan Bertopeng*. Jadi ceritanya gak jadi end deh, kasian plus eman-eman, *belai-belai, jilat-jilat, cium-cium (hayyo pada mikir apaan yo, kebanyakan nonton Pocoyo lu, eh salah ya? hehe)*

So, setelah aku diwisuda Oktober 2012, aku disuruh pulang ama ortu. Meskipun udah punya kegiatan berupa gantiin dosen ngajar di STIKES, lumayan buat aktivitas, tapi Ortu ngeliat aku yang hidup kasian banget di Semarang, luntang-lantung gak jelas, mulai dari ngemis di lampu merah, sampe makan dari tempat sampah, ampe mandi di got *jangan percaya* November akhir pun aku pulang ke rumah. Ada perasaan aneh ketika akan meninggalkan Semarang. Bagaimanpun juga aku sudah menjalani pahit manisnya hidup di Semarang, mulai dari jadi mahasiswa baru yang suka kangen rumah, sampe males pulang ke rumah.
"Setelah ini, rencanamu apa?" kata ayah ketika kami makan malam sehari setelah aku pulang.
"Mmmm, belum tau Yah," Ah BeTe banget deh baru aja pulang pengen ongkang-ongkang kaki, eh malah ditanyain begituan.
"Cepet dong diputusin, mau apa? Kuliah lagi? Kerja? apa mau kawin?" 
"*Keselek*"
Aku pun mulai mikirin apa yang mau aku lakukan setelah ini? Seminggu berlalu di rumah, ortu mulai khawatir dengan aku yang semakin hidup tak menentu nasibnya. Rambutku berubah jadi panjang dan gimbal, setiap hari cuma kerjaannya ngupil sambil nonton SpongeBob.  Akhirnya ortuku mengirimku ke kampung Inggris Kediri Jawa Timur untuk menimba ilmu silat, ya enggaklah masa ilmu silat? Yang bener tuh ilmu kanuragan, eh salah juga ya? hehe Cuma dua minggu, dan aku milih pulang. AKu gak bisa menikmati masa-masa di sana, terus-menerus mikirin masa depan seperti apa? Ketika di sana, banyak ketemu anak-anak SMA, SMP, bahkan SD, malu bukan main karena secara aku dah sarjana, tapi gak beda ama mereka yang dapat "Beasiswa Mama." Hadeeeeh. Tapi, aku janji akan ke sana lagi, ketika sudah lebih mapan. Aamiin
Akhirnya aku pun pulang ke rumah lagi, dengan membawa sejuta kegalauan yang tak kunjung sirna dalam hidupku. *awAWawAW* Kembali dengan ketidak jelasan hidupku. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan hidupku tetap tak berubah sebagai seorang pengangguran sejati. Aku tak berminat untuk mendaftar pekerjaan seperti teman-temanku yang lain, mendatangi JobFair dengan baju yang unik dan dandanan yang cakep atau cantik. Ortu sudah khawatir dengan kondisiku ini. Tapi, giliran ada lowongan wartawan yang aku anggap lebih mending lah dibandingkan aku jadi HRD atau Teller Bank, eh mamah gak bolehin, hidup itu emang susah ya kawan?
Tapi, sebenarnya ada satu cita-cita yang ingin aku wujudkan dan telah aku seriusi ketika lulus sarjana, yaitu JADI PENULIS. Mulailah aku mengetik-ngetik tulisan yang gak jelas, sampe yang jelas buat diikutin lomba. Berbagai macam lomba menulis aku ikuti, mulai dari lomba artikel, cerpen, sampe lomba menulis resep (yang terakhir jangan percaya ya?) Dan alhamdulillah, semuanya GUAGAGAL TOTAL SEMUA. Ada yang emang gak lolos, sampe yang ternyata gak terkirim via email. Oh MIne!!! Pernah juga nulis ke koran, tetep aja gagal. Emang sih, tulisanku lebih mirip curcol dibandingkan tulisan ilmiah, *Nyayat kaki*.
Selain itu, aku mencoba buat kursus-kursus lagi, terutama bahasa Inggris. Mulailah aku tanya-tanya dan cari info tempat kursus, mulai di Cirebon, Semarang, Pekalongan, sampai yang terdekat di Slawi. Gak ada yang cocok. Sempet di Semarang ikut Placement Testnya EF untuk program conversation-nya, dan diinterview ama bule, dengan modal percaya diri hasil 2minggu kursus di Pare, ngobrol lah aku dengan si bule. mulai ditanyain kenapa belajar english sampe suka film apa? *Wuediaan ngerti pa omongane si bule? kekekek* Tapi, hasilnya gagal lagi, aku gak bisa masuk kelas conversation, dan disarankan masuk kelas reguler dulu. Singkat cerita, aku akhirnya kursus TOEFL di English Zone Tegal, hasil ajakan Yekti, juniorku di kampus. Kelas kami 3 orang, satunya Indi, temennya Yekti. Kami diajar oleh mr.Budi, dengan bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris, wawawawa...
Opsi kedua adalah aku kuliah S2 dalam negeri. Sebenernya mimpiku tu pengin kuliah S2 di Jepang atau di Malaysia, tapi seteleh berkali-kali tes TOEFL ITP gak memenuhi standar terus, akhirnya aku pun pasrah untuk memilih S2 di dalam negeri aja dulu. Pilihanku jatuh pada Fakultas Psikologi Magister Sains Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Aku mengikuti proses pendaftarannya, mulai dari mengumpulkan berkas sampai ikut tes masuknya. Selain aku, ada Zaldi juga yang terus nemenin aku. Zaldi pengen banget masuk program Magister Profesi di Psikologi UGM, tapi sayang akhirnya dia gagal masuk karena emang tes seleksinya buat profesi lebih ketat dari sains. Yeah, akhirnya aku pun sendirian lagi.
Jadi, sudah jelas ya? Sekarang aku tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana di Psikologi UGM (Baca YuJiEm). Selain itu, sejak Juli 2013 aku bantu-bantu penelitiannya bu Vio, dosenku yang ge kuliah di Jerman, yap Jerman negeri kincir angin, eh salah ya??hehe. Karena penelitian masih berlangsung sampai Desember 2013 nanti, aku pun masih bolak-balik Semarang Jogja. Di Semarang aku kost di daerah Ngesrep, sedangkan di Jogja di daerah Jalan Kaliurang.
Yap, that is my story, Masa menunggu itu emang bikin galau, gak jelas, dan bikin stres. Masa-masa itu pula, aku mulai suka jalan-jalan, dari Kediri, ke Cirebon, ampe explore wilayah sendiri di Brebes. So, kapan-kapan ta sambung lagi deh... udeh nguantuk Bos...

(7 September 2013, 22.12 WIB, Kost Semarang)