Sabtu, 07 September 2013

Welcome To The New World

"Cepet selesaikan S1 kalian, karena kehidupan sebenarnya dimulai sejak kaliah lulus dari S1," kira-kira itu pesan dari pak Akung, dosenku ketika aku masih bergalau ria dengan skripsi-ku. Aku pikir SKRIPSI adalah fase yang paling membuat galau, ternyata setelah lulus S1 itulah kehidupan yang sebenarnya dimulai. Kehidupan yang secara ideal seharusnya kita tidak lagi bergantung pada orang tua kita, kehidupan di mana kita sudah seharusnya memulai kehidupan kita sendiri. Jauh lebih galau daripada sekedar berpusing ria dengan skripsi.
"Setelah kamu lulus sarjana, kamu mau ngapain Ed?" Kataku ke Ediwan, pagi tadi ketika kami menunggu motorku dipasangi lampu baru setelah selama ini mati.
"Kursus,"
"Kursus apa?"
"Renang, Nyetir,"
"Apa? Ngetik?" Jujur aku sebenarnya takjub jika ternyata seorang Ediwan mau kursus ngetik, tapi ternyata aku salah dengar.
"Nyetir, Sal,"
"Owh, nyetir,"
"Setelah kursus, mau ngapain?"
Ediwan pun terdiam, tatapannya mencoba mencari masa depannya, suranya yang biasanya terlihat ceria dan tegas, terdengar samar, mengatakan, "Belum tau, Cal,"
"Tiba-tiba aku merasakan Ed, bahwa skripsi bukanlah hal yang paling menggalaukan dalam fase kehidupan kita ini, tapi, ternyata justru kehidupan setelah kita jadi sarjana itulah yang lebih menggalaukan,"
"Iya, Cal, karena step ketika kita masih S1 masih jelas, sedangkan fase ini justru gak jelas," Kata Ediwan,"Hehe, bangun tidur, pacaran, ternyata semua itu mimpi, kaya di facebookmu itu,"
"Hehe, iya ini seperti mimpi, jadi selama kita kuliah itu, kita bermimpi ya? Aku jadi inget kata-kata pak Akung, 'cepat selesaikan S1 kalian, karena kehidupan sebenarnya dimulai setelah kalian lulus',"
"Kaya kata Agung dong,"
"Agung, 'Welcome to the new world',"
"Sama aja," Kami pun kembali dalam tatapan kosong kami di layar televisi di ruang tunggu yang sedang menayangkan program Kuliner, dan sedang mengambil setting di Jogja.
Ketika kita terbangun dari mimpi, kita pun sadar bahwa ternyata dunia nyata itu begitu aneh. Kita telah nyaman dengan dunia mimpi kita selama S1. Perlahan aku merindukan masa lalu, masa ketika kami di S1 masih disibukan oleh tugas, kegiatan, hingga gosip-gosip nggak jelas yang bermunculan.
Orang-orang di sekitar kita terus saja meyakinkan kita bahwa kita telah terbangun dari mimpi, dan menyadarkan kita untuk memulai kehidupan ini. "Sudah ngelamar kerja di mana?" atau "Sudah kerja di mana?" atau apalah. Bagi mereka yang kemudian memilih kuliah lagi, aku sebut sebagai "mereka yang masih ingin bermimpi lagi," tapi jelas berbeda dengan bermimpi ketika S1. Bermimpi ketika S2, kita seperti orang yang berjalan sambil tidur, karena di satu sisi tertidur, di sisi lain sadar untuk melakukan sesuatu, jadi ada yang kemudian menyambi bekerja. Yeah, ini tak mutlak bagiku.

Aku menyusuri lagi jalan-jalan di kota Semarang bersama Ediwan, setelah service lampuku usai. Melewati Festival Banjir Kanal yang telah penuh sesak dengan para pengunjung, dan perahu-perahu hias yang mengambang di atas sungai. Beberapa orang pun sepertinya sedang mempersiapkan kembang api untuk nanti malam. Betapa romantisnya nanti malam, pikirku, tapi aku sudah harus kembali ke Jogja menjelang sore ini. Kami melewati tugu Soeharto yang seumur aku di Semarang, baru kali ini melewatinya.
Tugu Soeharto, tempat pak Harto dulu bersemdi and kungkum
Setelah sarapan pagi dengan nasi Kebuli di daerah Poncol, dan service lampu, serta berkeliling ria, aku pun meninggalkan Ediwan sendirian lagi di Semarang di rumahnya. Aku sendiri kembali menyusuri jalanan Semarang yang ingin aku lewati, terutama kawasan Candi Golf. Tek, tiba-tiba memoryku terbawa pada masa-masa lalu ketika aku, Ediwan, dan Agung melewati daerah ini untuk melewati minggu yang pagi itu tidak begitu cerah. Kisah waktu itu, bisa dilihat di sini. Malamnya kami menonton Pirates Caribean 4 di E-Plaza berempat, aku, Eed, Agung, ma Amin. Ah, masa-masa itu, sepertinya jadi masa terakhir kami melewati kebersamaan, karena setelah itu Agung mulai sibuk dengan kerja di Yamaha hingga dikirim ke luar Jawa dan sekarang berada di Cirebon.

Aku pun menysuri UNDIP yang sepi di hari minggu, hanya ada segelintir mahasiswa yang masih terlihat bersantai ataupun sedang melakukan kegiatan organisasi. "Yeah, inilah dunia mimpi itu," pikirku ketika masih mengendarai motorku. Pikiranku pun terbawa ketika masa-masa kuliah S1. Aku mulai merancang sesuatu untuk aku kunjungi lagi jika nanti ke Semarang lagi.

"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam, bisa Mam, tapi Imam harus ngirim foto sama KTP, nanti biar diurus sama mamah kartu kuningnya," Kata mamah meneleponku tadi pagi ketika aku dan Ediwan menyantap nasi kebuli favorit kami.
"Iya nanti aku email ke De ILham,"
"Semoga rezekimu ya,"
"Aamiin,"
"Mau ngapain Cal, dengan kartu kuning?" kata Ediwan yang aku balas dengan senyum," Dapat pelanggaran ya?"
"Hehehe,"

Masih terus berkecamuk dalam pikiranku tentang masa depanku, bagi sebagian orang, mimpinya telah tercapai, tapi bagiku, aku masih berusaha mencapai mimpiku itu, meskipun dengan segala kekuranganku. Sambil aku belajar bersabar dan bersyukur, serta berusaha bangun dari Sleep Paralysisku ini.

(8 September 2013, My Kost in Semarang, sambil denger Adelaide Sky-nya Adhitia Sofyan)

Saatnya kembali ke Jogja, saatnya kembali tidur dan bermimpi lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar