Dunia psikologi
itu ga jauh dari yang namanya pelatihan, training, atau semacamnya. Menurut
materi yang aku dapet sih, pelatihan itu adalah…
Aku udah sering
ikut pelatihan ini dan itu. Mulai dari yang menangis meratap-ratap hngga yang
jingkrak-jingkrak loncat-loncat kaya pocong main lomba balap karung. Asyik aja
sih ikutan kaya gitu. Meskipun memang dalam realita efek dari pelatihan itu
biasanya cuman sampe 3 atau 4 hari. Misalnya habis ikut training motivasi
menjadi pribadi yang tangguh luar biasa. Pelatihan yang sampe nginjek-nginjek
beling, mpe ditabra-tabrak ma container (ya terakhir ini kayae ga mungkin deh).
Pasca pelatihan
itu, basanya seseorang akan menjadi penuh semangat, penuh gairah, penuh apalagi-lah
namanya. But, 3 hari atau seminggu orang yang tadinya merasa dirinya seperti
Hulk jadilah dia seperti pecundang lagi. Meskipun ada konsep-konsep pelatihan terbaru
yang mampu memberikan efek lebih lama lagi. Tapi, meskipun seperti itu, ada hal
lain yang luput, paling tidak dari pelatihan itu ada sebuah perubahan dalam
pola pikir. Orang yang tadinya berpikir bahwa sesuatu mustahil, bisa saja dia
akhirnya akan mendapatkan sebuah pemikiran baru bahwa tidak ada yang tidak
mungkin selama kita berusaha. Salam Supri!!!
Well,dari semua
pelatihan yang pernah aku ikuti, aku paling suka ma pelatihan hypnotherapy.
Bermula dari rasa penasaranku mengenai bagaimana Uya Kuya dapat membuat orang
jadi jujur-jujuran suka ma cowok, bagaimana Romy Rafael dapat menghipnosis
orang untuk percaya bahwa daun itu adalah uang, dan lain sebagainya ahli hypnosis
yang telah membuat kita sebagai penonton dapat tertawa-tawa melihat ulah para
korban. Sebenarnya ada apa di balik semua itu? Apakah ada jin yang ikut
nimbrung? Atau ada bencong yang tiba-tiba muncul di balik kamera sehingga membuat
korban seperti tertidur?
Kali aja aku
bisa jadi tukang hypnosis yang kaya di tipi-tipi itu. Paling ga hypnosis bapak
biar dapat tambahan uang bulanan, haha. Tapi ketika membaca brosur sebuah
pelatihan hipnoterapi yang bertuliskan, “Uang yang Anda keluarkan masih sangat
kecil dibandingkan banyaknya orang yang akan Anda bantu” hmmm, ada tujuan lebih
mulia lagi sepertinya daripada membuat orang tertidur dengan enakut-nakuti pake
bencong. Tak apalah akhirnya pun aku mengikuti pelatihan tersebut.
Kebetulan
seorang teman menjadi EO suatu pelatihan Hipnoterapi, sehingga aku pun
memutuskan ikut. Meskipun aku mengakui bahwa harga untuk mengikuti pelatihan
itu cukup mahal bagi kelas mahasiswa kroco seperti aku. Tapi tekadku bulat
untuk mengikuti pelatihan itu. Berbekal tabungan yang aku miliki dan hasil
pelobian ke orang tua, akhirnya aku ikut. Sebenernya bukan pelatihan hipnoterapi
yang mahal bisa mencapai nilai 1 juta lebih (meskipun sekarang ada beberapa
pelatihan hipnoterapi yang sangat terjangakau di bawah 1 juta. Pelatihan
motivasi lain misalnya ada yang bisa mencapai angka 10 juta, atau paling murah
adalah gratis. (Mataku akan berbinar-binar jika mendengar kata-kata itu, haha).
Pertama kali aku
mengikuti tu pelatihan, bareng adek-adek angkatanku yang ternyata juga ikut. Satu
kelas ada juga yang bapak-bapak, ibu-ibu, ma mas-mas. Yap, ada yang disuruh
ikut, ada yang aku ga tau kenapa ikut? Tapi, sebagian besar orang yang ikut
pelatihan ini atau semacamnya tertarik karena penasaran dengan gaya Uya Kuya,
dkk di televise.
Workshop hari pertama
dengan dr.Angga membuatku berpikir, hmmm, baiklah nikmati saja apa yang ada
saat ini, daripada kita tidak mendapatkan apa-apa. Hari pertama bersama
beberapa adek-adek angkatanku berserta peserta lain, ada yang dari Surabaya,
ada juga yang dari Madiun mpe Purwokerto. Hari pertama ini materinya berkisar
pada pemahaman mengenai teori dasar hipnoterapi, sejarah, dan bagaimana
prosesnya. Agak kikuk pertama kali nyoba prakteknya, dan harus membaca
mantranya alias scriptnya. Membuat partner praktekku hampir tertidur karena aku
terlalu lama menghipnosisnya. Klo orang dah beneran tidur akan sulit untuk
mensugestinya. Mau kita bilang, “rileks…rileks” dia udah sangat rileks.
Aku lupa alasanku
mengikuti pelatihan saat itu, tapi biasanya ini yang menentukan seberapa kita
akan belajar sesuatu nantinya. Klo alasannya cumin bar dapet pengetahuan, ya
akhirnya kita cumin tahu doank. So, tanyakan pada dirimu apa alasanmu untuk
belajar? Apa pula alasanmu untuk membaca tulisanku ini?
Hari kedua, kami tidak
menginap yang telah dikira oleh salah seorang adek angkatanku, dia sampe bawa
pakaian buat ganti segala, hedheeh. Hari ini adalah praktik, dari pagi mpe
menjelang siang aku dan partner yang kebetulan adek angkatanku sendiri
paliiiing lama. Yang lain dah pada ambil coffe break, aku ma partnerku masih
ber-rileks-rileks ria. Celingak-celinguk, haaa udah sepi ni ruangan. Praktek
kedua adalah menghipnosis ibu hamil, ibu hamil yang khusus didatangkan entah
dari mana, karena tiba-tiba saja ada itu kami hypnosis. Kali ini berkelompok
karena ibu hamilnya cumin ada dua. Secara bergantian, kami menghipno si ibu,
asli aku sangat aneh dalam sesi ini, ketika harus bergantian, rasanya ga asyik
banget, “Setelah ini akan dilanjutkan oleh rekan saya” begitu terus mpe sejumlah
orang dalam satu kelompok yang berjumlah sekitar 5 orang, jadi kaya acara
berita pagi aja.
Abis ngebuat tu ibu
hamil kebingungan karena dibuat praktik, dan aku mengira tu ibu-ibu past
bingung, “Saya mau diapain? Hah dipinosis kaya di tipi-tipi itu? Aduh gimana
nih? Aku ga mau disuruh-suruh apalagi ntar disuruh pura-pura ngelahirin.”
Setelah itu kami dihipnosis bareng, ya kaya dikasih motivasi gitu. Awal-awal
disaat ruangan yang remang-remang, dan mata kami tertutup sedang
rileks-rileksnya serta denger dr.Angga menyebutkan kata cahaya. Entah kenapa
tiba-tiba terang aku rasakan meskpun mataku masih tertutup. Yang aku ketahui
ternyata yang membuat terang itu karena lampu ruangannya dinyalain. Oh, ini tho
cahayanya?
Sngkat cerita,
dua hari berlalu dan kini workshopnya dah selese, aku dapet sertifikat
kepesertaan plus kenggotaan IBH (Indonesian Board Hipnoterapi) dan menyandang
gelar CH (Certified Hypnotist), kini aku tau klo CHt itu bukan kependekan dari
Chating, melainkan Certified Hypnotherapist. CH Diberikan untuk yang telah
menyelesaikan program basic, CHt diberikan kepada yang telah menyelesaikan
program Advance, ada juga MHt (Master Hypnotherapist) dan CI (Certified
Instructor) yang aku masih bingung bagaimana mendapatkannya? Wuiih, serasa lahr
kembal setelah mengikuti workshop itu. PD yang aku rasakan waktu itu, udah
punya skill baru.
ABis ikut
pelatihan itu, aku jadi mulai tergila-gila dengan yang namanya hypnosis.
Rasanya ingin ikutan pelatihan sejenis lagi. Wuiiih, jadi gila pamphlet, setiap
ada pamphlet bertuliskan “WORKSHOP HIPNOSIS/ HIPNOTERAPI” aku langsung
membacanya, tapi biasanya akan aku urungkan jika ternyata tabunganku belum
cukup. Pernah ada yang cuman 200an aku langsung daftar, tapi sedih ga jadi
ikut. Huhuhu. Bukan di pamphlet saja, tapi juga searching lewat Om Gugel. Ada
bermacam-macam workshop sejenis dengan kelebihannya masing-masing, mulai dari
harganya yang murah, hingga yang bener-bener mengajukan kualitas.
Gak puas ikut sekali,
aku pun mengikuti pelatihan lainnya atas rekomendasi dari dosen. Dengan tingkat
basic lagi. Beberapa bulan sekitar bulan
April, kelas dr.Gunawan diadakan lagi di Semarang. Aku pun mengikutinya, tapi
kal ini, BCH hanya satu hari (kok cepet banget ya???) Tuing tuing tuing tanda
Tanya tetep berada di atas kepalaku hingga aku tiba di TKP. Surprise… dr.Gunawan
langsung menyambutku, kemudian diajaknya aku makan. Dasar mahasiswa kampungan,
ambil makan sebanyak-banyaknya. Huehehe…
Peserta hari itu adalah
terbanyak selama sesi pelatihan, yaitu 3 orang. Aku, satu ibu-ibu, dan satu
lagi cewek yang dah kerja, yupz lagi-lagi aku jadi mahasiswa kacang sendirian.
Sebenernya materinya memang gak jauh beda ma materi kelasnya dr.Angga kemaren,
tapi bagiku ini emang pengulangan biar lebih manteb. Hal-hal yang aku belum
mudeng, kini aku semakin paham (thanx doc). Pelatihannya memang satu hari, tapi
ternyata akan dilanjut dengan Advance besoknya 1 hari juga. Aku sudah menolak
untuk tidak ikut dengan alasan klasik gak punya dana. Tapi pak Eko, tetap
memintaku untuk ikut, “Tu gampang entar saja, ikut dulu aja” Bayanganku, “Wah,
asyik gratis nih” (Mahasiswa kampong mode on).
Sesi ACH hari
berikutnya, ternyata lebih banyak yang datang, ternyata ini para alumni-alumni
BCH sebelumnya. Waktu sesi perkenalan, aku bilang dalam hati, “Wuiiih, keren
amit nih orang-orang, ada yang dokter spesialis, ada yang penulis buku”
akhirnya dengan ke PD-an,aku juga gak mau kalah, “Saya juga lagi mau nulis
buku” asli ni aku malu-maluin banget, mau nulis buku apa coba? Ya nulis buku
tulis juga gak papa…
Sesi ACH, isinya mung
praktik dan praktik, dari teknik satu ke teknik yang lain. Ketika sesi hipno
kelompoknya, di sinilah aku berkenalan dengan kalimat, “Because you are the
light and the light is you.” Dan kali ini sesuatu banget karena gak ada acara
“nyalain lampu.” Habis tu sesi makan
malam, dan di sinilah aku akhirnya diajak ngomong empat mata bersama
dr.Gunawan. Beliau cerita mengenai rencana mengadakan regenerasi di IACH,
sehingga akan diadakan workshop master sekitar akhir April. Beliau berharap aku
ikut, haduuuh piye ya???
Pada sesi “Siapa yang mau diselesaikan masalahnya?”
karena gak ada yang angkat tangan, akhirnya aku sekali lagi PD mengajukan diri.
Aku curhat mengenai kehidupanku yang menyedihkan, huhuhu… mpe disuruh
prestasiku apa aja, “Tu liat kan perubahan ekspresinya” kata dr.Gun, “aduuh,
aku jadi malu”kataku dalam hati.
“Baiklah, mas Imam
sekarang rileks, tutup matanya, rileks” ucap dr.Gunawan. Dan beliau sukses buat
aku nangis ga berhenti-berhenti. But, satu keuntungan yang aku rasakan adalah
aku gak usah ikutan praktek person to person seperti yang lainnya. Huhuhuhu aku
nangis gak berhenti-berhenti juga. Yap, akhirnya selese juga ACH pada hari ini.
Aku masih mikir, “ikut
Master gak ya?” Aku harus bayar ya? Gak bisa gratis kah? Beberapa kali aku coba
calling dr.Gunawan via FB tapi gak ada respon. Hmmm, hingga hampir hari H, aku
gak mendapatkan jawaban pasti. Yap, mungkin meang belum rezekiku.
Beberapa hari setelah
master itu aku ikut kelas hypnotherapy lagi yang diadakan oleh pak Asep, kali
ini di Cirebon, wah deket nih ma kotaku. Sekalian mau Tanya-tanya tentang
forgiveness. Akhirnya aku pun ikutan. Aku gak nginep aku laju setiap pagi
dengan bus, dan pulang malamnya dengan bus lagi. Materinya memang gak jauh beda
lagi meskipun materinya pak Asep terbilang unik bagiku. Hanya saja pesertanya
yang bikin aku keki, karena sudah pada berkeluarga, sehingga kada omongannya
gak jauh-jauh dari masalah kaya gituan.
But, selama dua hari
itu aku menikmati workshopnya, aplagi sudah dua kali aku mengikuti pelathan
yang sama, sehingga di workshop ini aku memperhalus apa yang sudah aku
dapatkan. Pasca workshop aku sering mraktekin ke adek angkatanku, haduuuh
pokoknya gitu banget lah.
Gagal ikut master, aku
pun ingin mengikuti NLP yang diadakan oleh dr.Gunawan juga. Dan awal Juli
dr.Gunawan ke Semarang lagi mengadakan BCH selama dua hari. Dengan insting
gratisku, akhirnya aku pun ikut, itung-itung kompensasi dari BCH satu hari yang
dulu. Kali ini aku bersama para dokter sebagai peserta, ada juga sih yang
mahasiswa angkatan 2005. Merasa udah pernah mengikuti workshop di 3 orang yang
berbeda, aku pun jad orang yang sok tau, cas cis cus. “Jangan percaya ma
Faisal” celetuk dr.Gunawan. aku,”Hihihi” hweee malu banget deh aku. BCH kali
ini aku sangat menikmati daripada sbelumnya.
Akhir pelatihan, “Kata
pak Eko, kamu mau ikut NLP?” “Iya Pak” kataku. “Ya sudah entar email saja” Tak
lama kemudian aku pun mengimail dr.Gunawan. Iya beliau memberikan kemudahan
untuk aku mengikuti kelas NLP, but ada beberapa syarat yang aku lupa dan aku
merasa gak bisa melakukannya. Tapi aku masih berusaha. Seperti biasa, hingga
hampir hari H, aku pun tak mendaptkan kesempatan untuk mengikuti kelas NLP
dr.Gunawan. huff…
Ya sudahlah, mungkin
aku belum saatnya aku bisa mengikuti kelas-kelas dr.Gunawan. Kadang iri juga
melihat para alumni IACH master. Kenapa aku gak ikut ya dulu?? Akhirnya
keinginanku untuk semakin memperdalam hypnoterapi dan NLP pun sedikit demi
sedikit luntur. Aku serasa jadi orang buangan lagi. Huhuhhu
Tapi, aku sedih, karena wilayah kerja ini bukan hanya ditekuni oleh orang-orang psikologi saja. Ada orang-orang dari bidang lain mulai dari teknik, ekonomi, mpe peternakan segala. Mau buat apa coba?? Radionya mau dihpnosis? Ayamnya mau dihipnosis biar ga kalah ma buaya?? Ya tapi bagaimanapun, ilmu psikologi itu ilmu tentang manusia itu sendiri, jadi setiap manusia juga punya hak untuk mempelajarinya. Ya segitulah
perjalananku dengan cerita bernama hipnoterapi, ada yang mau aku hypnosis pura-pura
jadi bencong???