Sabtu, 26 Mei 2012

Uang vs barter


25 Mei 2012, 08.45 WIB, lantai 2 Dekanat Fakultas,nunggui tas ma laptop

Uang, uang, uang, manusia itu butuh uang ya buat membeli apa yang dia butuhkan atau apa yang dia inginkan. Kenapa sih harus pakai uang? Kenapa gak pakai system barter saja seperti orang-orang dulu, pakai tulang, daging, hasil alam, atau apalah. Asyik mungkin ya kalau system barter itu masih berlaku sampai sekarang, mau bayar SPP misalnya tinggal bawa ayam titipan mamah, “Nak, ini ayam buat bayar SPP.” Mau beli mobil tinggal barter pakai sapi limosin misalnya, asyik deh kayaknya. Kenapa ya harus pakai uang?
Buat beli buku ini aja harus pakai uang, mau buang air kecil atau besar di toilet aja harus bayar pakai uang. Coba kalau buang air kecil di toilet umum tinggal barter pakai jeruk misalnya. Kadang uang memang bikin pusing ya. Mungkinkah kita tidak usah memikirkan uang? Sehingga tidak orang stres gara-gara gak punya uang, sehingga mamah ma ayah gak perlu ribut nyuruh aku cepet lulus. Atau aku sendiri gak usah pusing bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidupku sendiri, mau beli makan tinggal barter pakai buku misalnya (buku banyak tuh di lemari). Semuanya kenapa serba uang?
Suami istri bisa ribut dan gak harmonis juga karena uang, aku gak ngerti bagaimana ceritanya hingga masalah uang, dua orang bisa jadi gak akur, hanya karena masalah kertas bergambar atau logam bergambar dan bertuliskan angka, orang bisa jadi marahan. Padahal kalau dipikir pun, rasanya uang hanya masalah kecil dari seribu masalah lain yang dihadapi orang, masih ada masalah moralitas misalnya, konser Lady Gaga aja pasti juga ujung-ujungnya duit.
Tapi manusia itu punya akal yang terus berkembang seiring perkembangan zaman. Dari dulu di mana untuk berpergian menggunakan onta sekarang ke mana-mana bisa pakai mobil, coba bayangkan kalau mau berangkat kerja aja seorang direktur sebuah perusahaan menggunakan onta, entahlah mungkin gak aka nada ceritanya kantor mulai bekerja jam delapan. Atau mau ngirim motor ke luar kota, kontainernya harus ditarik dengan gajah, gak kebayang berapa jumlah gajah yang dibutuhkan.
Mikirin uang juga harus mikirin bagaimana cara mendapatkannya? Dari cara yang halal sampai cara yang haram, orang bisa melakukan segala hal untuk mendapatkan uang. Sampai maling pun nekat nyuri buat dapetin uang, meskipun konsekuensinya dia bakalan digebugin orang-orang.
Buku-buku motivasi sekarang pun tidak pernah lepas dari yang namanya uang. Pencapaian kesuksesan yang kemudian ujung-ujungnya uang.
Persepsi uang antara orang satu dengan lainnya pun pasti berbeda-beda, uang Rp 100 yang bagi kita gak ada manfaatnya, bagi seorang pengems itu sangat berarti. Atau dalam konteks waktu tertentu, di suatu waktu mungkin uang Rp 100 tidak berarti tapi di waktu lain ketika mau bayar parkir dan ternyata uangnya cuman Rp 400 pasti bingung deh.
Ya bagaimana pun uang akan tetap menjadi kebutuhan hidup manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Hanya saja persepsi tentang uang, bagaiamana cara memadang uang itu yang perlu kita perbaiki. Jangan sampai uang menjadi sumber masalah dalam kehidupan manusia, jangan sampai persaudaraan terputus hanya karena masalah uang.
Kata ayahku, “waktu adalah uang, kalau kamu menyia-nyiakan uang, berarti kamu menyia-nyiakan waktu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar