Minggu, 22 Juli 2012

Ragu

Sebuah catatan galauku pagi hari
Setelah bimbingan ke dosbing kemarin, dan banyak diberikan masukan sana-sini aku justru mulai galau lagi. Aku se,akin bingung mencari dan bagaimana harus ku apakan skripsiku ini? dan bagaimana aku harus memperbaiki yang telah salah.
Optimis yang kemarin-kemarin serasa berkibar sekarang entah mulai pudar lagi. Mulai muncul keraguan untuk melangkah lagi. Aku bingung dari mana keraguan itu muncul? Dari keyakinan yang terjatuhkankah? dari sesuatu yang mengecewakankah? atau dari manakah? Mungkin episode seperti ini sering muncul dalam episode manusia lain. Dan saat ini aku masih bingung bagaimana harus melangkah kembali?
hampir beberapa jam aku tak bisa beranjak dari tempat tidurku, terus berpikir. Apalagi setelah membaca sms dari seorang teman, "kontraknya kayaknya gak saklek" Mungkin aku tau maksudnya ingin mengurangi rasa ketertekananku terhadap kontrak skripsi dari biro. Tapi aku merasa bahwa beban psikologisku lebih berat.
Aku belum tau apa yang akan aku lakukan lagi. Mungkin aku harus mundur dari keyakinanku sendiri? Mengalah dari realita?

Bahkan Punggung ini butuh Tempat untuk Bersandar
Beberapa hari yang lalu, kuris kostku patah, karena mungkin tidak kuat lagi menyangga kegalauanku. Bahkan kursiku pun sudah tidak mampu lagi menopang kegalauanku hihihi tepatnya ketika aku pulang dengan wajah agak kusut dari kampus karena banyak hal yang aku pikirkan, salah satunya tentang ketidak jadianku untuk presentasi makalah bersama beberpa temanku ke Jakarta, dengan alasan dana dan transportasi.
Sepulang di kost, Ediwan yang memang sedari tadi ada di kostku menunggu cukup lama hingga dia bisa menyelesaikan membaca dua halaman buku psikologi sosial. Mantaaap^^b AKu duduk di kursi kostku sambil bersandar, rasanya aku pengin teriak aja. Dan GUBRAAAAG!!! Aku terjatuh dari kursiku karena salah satu kaki kursinya patah. “Kowe ngopo tho Cal?” aku belum bisa menjawabnya karena aku sendiri sedang berusaha untuk berdiri, sambil tertawa.
“Napa tho kok wajahmu tu kusut banget?” Tanya Ediwan sambil memainkan game yang ada di handphoneku. Aku pun mulai bercerita tentang kejadian yang aku alami tadi di kampus. Di satu sisi muncul kelegaan karena aku sudah bisa mengerjakan skripsi, tetapi di sisi lain aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku tidak bisa menghindar dari wisuda 127 yang bisa bikin potensi kegalauanku bertambah kronis.
Besk sorenya 17 Juli 2012, bersama Amin, aku membeli kursi yang hampir sejenis dengan warna yang sama di daerah Banyumanik. Hmmm cukup jauh juga ya? Beda bentuk tapi warna sama. Dan entahlah kursi ini Alhamdulillah-nya lebih nyaman dari kursiku yang lama. Sangat nyaman untuk menyandarkan punggung ini yang mulai terasa berat menahan tubuhku.
Akhir-akhir ini aku sering banget menyandarkan punggung ketika sesauatu yang aku hadapi sudah terasa buntu, berat, atau menggalaukan.hehe entah ke tembok, kursi, pintu, pohon, ke kaki gajah, ke tiang listrik, pokoknya kalau ada yang berpotensial buat aku sandaran aku akan bersandar.hehe gak bangetz.
Kadang punggung ini butuh untuk bersandar, ketika merasa sudah tidak mampu lagi untuk menghadapi sesuatu. Bahasa non verbal sering mengartikannya sebagai penghindaran. Merasa sudah tidak tertarik lagi dengan sesuatu yang dihadapi, atau sudah merasa galau dengan sesuatu yang dihadapi.
Terkadang pun ketika dengan bersandar pun aku sudah tidak lagi kuat menahan, aku akan memilih berbaring, kadang memikirkan sesuatu dengan mata terbuka, hingga terkadang pula terbawa tidur, dalam artian melepaskan diri dari kenyataan sejenak, mengistirahatkan otak yang sudah terasa berat melakukan kerjanya.
Seperti Sherlock Holmes yang juga akan bersandar di kursinya ketika pikirannya buntu, sambil menelungkupkan tangan dan menyentuhkan ujungnya ke hidung. Mungkin memang kita butuh tempat bersandar dalam artian fisik dan juga terkadang juga dalam artian psikologis. Beberapa hari ini pun aku cukup tenang ketika bisa curhat ke beberapa orang, atau bahkan lebih sering kepada Tuhan, rasanya jauh lebih tenang.
Well, masih banyak pekerjaan berat yang menanti dengan seabreg beban yang butuh punggung, bahu, bahkan kepala sekalipun untuk mengerjakannya. Kadang pikiran buntu menyerang, coba melakukan hal lain, seperti aku misalnya akan nge-blog, coret-coret, atau berusaha mencari mangsa buat diajak ngobrol. Entahlah, tetapi aku yang sekarang jauh lebih nyaman ketika bisa bertemu dengan orang lain dan mulai berbicara sesuatu yang menjadi pikiranku, daripada sekedar menuliskan, menulis bagiku hanya ketika aku merasa sedang tidak ada orang yang bisa mendengar atau bahkan meresponku. Selain itu juga menulis hanya sedang mendokumentasikan sesuatu yang aku lihat, dengar, dan rasakan agar kesempatan ke depan bisa aku baca lagi.
Di bulan ramadhan yang penuh berkah ini, aku justru merasa tergalaukan dengan skripsiku. Ya Allah maafkan aku ya gak bisa optimal nih ramadhannya.Hari ini aku tidak ingin ke kampus, rasanya malas untuk ke kampus. I need talk with someone ... maap ya temen-temen yang udah jadi katarsis galauku.

(23 Juli 2012, selesai ditulis 08.58 di warnet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar